Saat Kunjungan Jokowi, BMKG Bantah Asap Kebakaran Hutan Masuk Malaysia
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah adanya laporan yang menyebut asap dari kebakaran hutan masuk wilayah Malaysia. Pernyataan ini dirilis bertepatan dengan pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad di Putrajaya.
BMKG menyebut, berdasarkan data trajektori dan asap sebaran asap menggunakan data satelit Himawari-8, pada pukul 09.00-10.00 WIB hari ini, tidak ada asap yang keluar dari wilayah batas negara atau transboundary haze.
Berdasarkan data citra Satelit Himawari-8, asap terdeteksi hanya di wilayah Riau dan Kalimantan Tengah. Sedangkan, arah angina menjauhi wilayah Malaysia. “Arah angin di Riau dan Kalimantan Tengah ini mengarah dari tenggara ke barat laut,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A Fachri Radjab dalam siaran pers, Jumat (9/8).
Sementara itu, dilihat data citra satelit ASEAN Specialized Meteorological Centre (ASMC) pada 8 Agustus 2019 bahwa ada 3 titik panas atau hotspot di wilayah Malaysia. Di samping itu, ada potensi polusi di wilayah Malaysia yang berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah tersebut.
(Baca juga: Jokowi Kembali Ancam Copot Jenderal TNI/Polri Bila Kebakaran Hutan)
Berdasarkan citra satelit modis-catalog.lapan.go.id periode 24 jam terakhir, jumlah titik panas terpantau di beberapa wilayah Indonesia. Berikut rincian pantauan titik panas dengan kateogri tinggi atau tingkat kepercayaan di atas 80% di wilayah Sumatera dan Kalimatan, yaitu Aceh 10 titik, Jambi 8, Lampung 1, Riau 56, Sumatera Selatan 1, dan Sumatera Utara 3.
Titik panas di wilayah Kalimantan teridentifkasi di wilayah Kalimantan Barat 27, Kalimantan Selatan 2, dan Kalimantan Tengah 29.
Hari ini, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, di Dataran Perdana, Putrajaya, Malaysia. Kunjungan ini dilakukan saat Negeri Jiran sedang terkepung kabut asap.
Sebelum melakukan kunjungan kenegaraan, Jokowi sempat menyayangkan masalah kabut asap akibat kebakaran hutan di wilayah Indonesia. Menurutnya, kebakaran hutan bisa membuat citra negatif Indonesia di mata dunia.
"Hati-hati, malu kalau kita tidak bisa menyelesaikan permasalahan ini," ujar Jokowi saat memberi sambutan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan 2019 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/8) lalu.
(Baca juga: Wiranto Laporkan 6 Provinsi Rawan Kebakaran Hutan Tahun Ini)
Masalah ini pun sempat diberitakan oleh beberapa media massa di Malaysia dan Singapura. Channel News Asia misalnya, memberitakan soal kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada Minggu (4/8) lalu.
"Titik api dengan kabut asap terdeteksi dalam beberapa hari terakhir di Sumatra dan juga Kalimantan, yang telah mengalami kondisi cuaca kering," demikian dikutip oleh Channel News Asia dari Badan Meteorologi Singapura.
Ditambahkan pula bahwa dalam beberapa hari, kondisi kering diperkirakan masih akan terjadi di Sumatra dan angin di wilayah itu dapat terus bertiup dari tenggara atau selatan. "Ada kemungkinan Singapura dapat mengalami kondisi sedikit berkabut jika ada peningkatan titik api di Sumatra dan angin berubah arah menjadi dari barat daya.”
Sementara Free Malaysia Today, menuliskan bencana kebakaran hutan di Indonesia telah mengirim asap berbahaya yang terbang ke seluruh Asia Tenggara. Para peneliti dan aktivis lingkungan pun mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk meningkatkan upaya mencegah terulangnya krisis kabut asap besar seperti pada 2015.