Selain Buku, Bekraf Boyong Kuliner dan Musik ke London Book Fair 2019
Pemerintah Indonesia mengirimkan delegasi untuk mengikuti ajang London Book Fair 2019 di Inggris pada 12-14 Maret 2019 mendatang. Tak hanya memamerkan buku, paviliun Indonesia bakal memamerkan produk ciri khas Tanah Air mulai dari kuliner, busana, ilustrasi, film, sampai musik.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf menyatakan Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mendapatkan prioritas di pameran tersebut. Dia mengatakan keikutsertaan dalam pameran merupakan upaya mendorong produk ekonomi kreatif Indonesia mendunia, terutama dalam literatur.
"Kami ingin literatur Indonesia itu bisa mendunia sekaligus menarik minat masyarakat luar negeri untuk datang," kata Triawan di Jakarta, Selasa (5/3).
(Baca: Dalam 4 Tahun, RI Distribusikan 1.200 Buku ke Penerbit Internasional)
Sebanyak 12 penulis dalam bermacam kategori buku ikut serta dalam pameran buku terbesar kedua setelah Frankfurt Book Fair itu. Delegasi yang akan ikut serta yakni pemain musik Nyak Ina Raseuki beserta Dimawan dan Tesla Manaf.
Pakar kuliner Santhi Serad juga bakal membuka lokakarya jamu. Selain jamu, kuliner lain yang akan dijajakan yakni sayur lodeh, rendang, sate maranggi, dan gado gado.
Triawan mengungkapkan, Inggris merupakan pusat penerbitan dunia yang konsisten selama 300 tahun. Untuk penjualan buku, Inggris mencetak pendapatan sampai £ 7,8 miliar. Sebanyak 20 penerbit dan 14 ciptaan konten Indonesia pun akan mencoba mengambil pangsa pasar itu.
Ketua Komite Buku Nasional Laura Bangun Prinsloo mengungkapkan London Book Fair memang kalah dari ukuran kapasitas dibandingkan Frankfurt Book Fair. Namun dia menilai konten terkonsentrasi di London. "Global marketplace itu tidak hanya menjual buku, konten juga mendapatkan perhatian penting," ujar Laura.
(Baca: Bekraf Kirim 19 Pelaku Industri Kreatif untuk Ikut Festival di Amerika)
Dia menjelaskan, 12 penulis yang bukunya bakal ikut serta dalam pameran sudah terkurasi berdasarkan ketertarikan masyarakat Inggris. Namun, Komite Buku Nasional juga menggunakan indikator campuran dari penulis senior dan yang baru berkembang.
Sementara itu, Duta Besar Negara Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik menjelaskan London Book Fair adalah kesempatan besar bagi Indonesia untuk memperkenalkan kekayaan budaya, seni dan sastra kepada dunia. Terlebih, pagelaran juga bertepatan dengan perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Inggris dan Indonesia.
Dia berharap hubungan antara Inggris dan Indonesia dapat terus meningkat. "Saya yakin para penulis Indonesia dapat terus meningkatkan kreativitasnya di kancah dunia," kata Malik.