Tayang Januari 2019, Ini Tiga Film Hasil Monetisasi Karya Intelektual
Sejumlah film layar lebar Indonesia terjadwal tayang pada Januari 2019, tiga di antaranya memiliki ide cerita terbilang unik. Pasalnya, masing-masing merupakan karya adaptasi dari kekayaan intelektual di bidang sastra, gim, dan biografi tokoh.
1. Keluarga Cemara
Keluarga Cemara mengisahkan tentang keluarga kaya yang jatuh miskin. Film ini bersumber dari cerita yang ditulis Arswendo Atmowiloto pada era 1970-an. Judul ini diadaptasi menjadi sinetron yang tayang di stasiun televisi swasta mulai 6 Oktober 1996 - 29 Agustus 2004.
Pada 3 Januari 2019, Keluarga Cemara bakal tayang di bioskop. Film ini disutradari Yandy Laurens melalui rumah produksi Visinema Pictures. Aktris Nirina Zubir tampil sebagai sosok Emak, sedangkan Abah diperankan Ringgo Agus Rahman.
Karya intelektual "Keluarga Cemara" diharapkan bisa dimonetisasi lebih optimal. Setelah menjadi sinetron, buku, dan film layar lebar, tak tertutup kemungkinan akan dituangkan dalam wujud serial, produk cinderamata, bahkan dibuatkan film lanjutan.
(Baca juga: Ideosource Turut Danai Produksi Film Keluarga Cemara)
Perusahaan modal ventura Ideosource menjadi salah satu investor film ini. Manajer Investasi Ideosource Rahadian Agung menyatakan, Keluarga Cemara adalah film adaptasi dari kekayaan intelektual yang sangat kuat. "Kami melihat potensi akan sangat baik. Kami dukung film keluarga seperti ini, karena di pasar suplainya kurang," ucap dia.
2. DreadOut
Nama DreadOut merupakan kekayaan intelektual (intellectual property/IP) yang berawal dari permainan PC . Gim horor yang mengangkat budaya Indonesia ini digarap oleh studio pengembang asal Bandung, Digital Happiness. (Baca juga: Pacu Bisnis, Pengembang Gim Tingkatkan Kualitas Produk)
Managing Director Digital Happiness Dito Suwardita mengutarakan, nuansa mistis dalam DreadOut dipilih tak sekadar mempertimbangkan segi teknis yang relatif mudah. Misi lain ialah hendak memperkenalkan kearifan lokal Indonesia ke kancah global. "Kami ingin mengekspor hanti-hantu Indonesia ke luar negeri," ujarnya.
DreadOut menceritakan sekelompok pelajar yang masuk ke kampung tak bertuan pada saat mereka sedang karyawisata. Di sanalah Linda (Caitlin Halderman) dan teman-temannya terjebak di dalam sebuah sekolah angker, mereka terpisah satu sama lain.
Jadwal tayang DreadOut di bioskop sama seperti Keluarga Cemara pada 3 Januari 2019. Digital Happines mempercayakan GoodHouse ID sebagai rumah produksi film ini. Aktris dan aktor yang bermain di antaranya Caitlin Halderman, Jefri Nichol, dan Marsha Aruan.
(Baca juga: Sepuluh Film Indonesia Terlaris Sepanjang 2018)
3. Susi Susanti - Love All
Film ini dijadwal tayang mulai 24 Januari 2019 di berbagai bioksop. Sesuai judul, tontonan layar lebar ini mengangkat kisah hidup atlet bulu tangkis nasional bernama lengkap Lucia Francisca Susi Susanti.
Bersama-sama dengan sang suami, Alan Budikusuma, Susi meraih medali emas pada Olimpiade Barcelona 1992. Atlet kelahiran Tasikmalaya, 11 Februari 1971 ini juga sempat menyabet perunggu pada Olimpiade Atlanta 1996.
Susi Susanti-Love All mengisahkan perjalanan hidup atlet bulu tangkis putri Indonesia tersebut. Film ini digarap Damn! I Love Indonesia Movies bekerja sama Oreima Films dan East West Synergy. Sosok Susi diperankan Laura Basuki, sedangkan Alan oleh Dion Wiyoko.
(Baca juga: Tanpa SDM Penilai, Kekayaan Intelektual Tak Bisa Jadi Agunan Kredit)
Kekayaan intelektual merupakan modal penting bagi aktivitas bisnis di industri kreatif termasuk subsektor perfilman. Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong sertifikasi Hak Kekayaan Intelektual (HKI) guna mengoptimalkan monetisasinya.
"Ekraf (ekonomi kreatif) kita itu punya potensi IP yang sangat besar tetapi ini belum tergali optimal. Banyak para pemilik kekayaan intelektual itu tidak tahu bagaimana memproteksi dan mengkapitasalisasi IP mereka," kata Deputi Pemasaran Bekraf Josua P.M. Simanjuntak kepada Katadata.co.id belum lama ini.
Total pebisnis kreatif yang kini mengantongi HKI baru 11,05%, sedangkan 88,95% belum mendaftarkan produknya. Sebesar 21,08% dari mereka yang memiliki sertifikasi HKI berada di subsektor film, animasi & video. (Baca juga: Tak Hanya Diproteksi, Kekayaan Intelektual Juga Perlu Dikapitalisasi)