Kementerian ESDM Dorong SMI Berikan Pinjaman Bunga Rendah untuk EBT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berusaha mencarikan lembaga keuangan yang bisa memberikan pinjaman kepada pengusaha energi baru terbarukan (EBT) dengan bunga murah. Salah satunya adalah PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar berharap SMI dapat menyalurkan sebagian dana yang dimilikinya untuk pengembangan EBT. Ini untuk mensukseskan target bauran energi 23% pada 2025. “Kami harapkan bunganya rendah. Kami dialog sama SMI soal itu," kata dia di Jakarta, Kamis (5/10).
SMI memang memiliki dana sekitar Rp 3,81 miliar untuk pengembangan EBT. Namun, masih sebatas panas bumi. Dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Rp 3,1 triliun dan Rp 711 miliar adalah hibah Bank Dunia.
Selain SMI, Arcandra tetap mencari lembaga keuangan lainnya yang bisa membiayai proyek EBT dengan bunga murah. Sebenarnya ada beberapa lembaga keuangan luar negeri yang menawarkan pinjaman dengan bunga rendah ke pemerintah.
Salah satu lembaga keuangan yang menawarkan pinjaman ada yang berasal dari Eropa. Lembaga itu menawarkan bunga pinjaman dibawah 5%. "Yang udah datang ke kami banyak," kata dia.
Meski ada beberapa yang menawarkan pinjaman, tapi sampai sekarang belum ada yang terealisasi. Kendalanya adalah persyaratan yang diajukan lembaga tersebut kepada pemerintah.
Persyaratan yang diminta itu salah satunya pelaku usaha harus memakai teknologi yang disediakan dari negara yang memberikan pinjaman. Ini tidak mudah karena harus menyesuaikan dengan keekonomian proyek yang dibangun pelaku usaha.
Namun, ketika sudah ada komitmen dari lembaga pemberi pinjaman yang menyalurkan dengan bunga rendah, Arcandra akan mengundang pelaku usaha membahas hal tersebut. "Ini yang sedang kami usahakan," kata dia.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang EBT Halim Kalla sebelumnya menagih janji pemerintah terkait pencarian lender yang bisa memberikan bunga rendah untuk proyek EBT. Menurut Halim upaya ini dinilai akan membantu pengusaha mendapatkan pinjaman dana.
Saat ini bunga bank di dalam negeri menyulitkan pengusaha karena bisa mencapai 12% . Halim berharap ada pinjaman dengan bunga rendah di bawah 5% dari perbankan luar negeri. "Pemerintah selalu menjanjikan adanya bantuan dari negara luar yang bunganya rendah, dan itu akan digunakan swasta untuk investasi. Tapi belum ada sekarang," kata Halim beberapa waktu lalu.
Selain itu, Halim juga mengeluhkan tarif listrik EBT yang sudah dipatok didepan membuat perbankan dalam negeri sulit untuk memberikan pinjaman kepada pelaku usaha. Namun, Arcandra belum mau banyak berkomentar. "Kami lihat yang 60 PPA ini dulu, baru nanti kami evaluasi," kata dia.