SBY- Prabowo Sepakat 'Koalisi' Awasi Pemerintahan Jokowi
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menggelar pertemuan tertutup sekitar dua jam di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Kedua tokoh elit ini bersepakat bekerja sama politik mencegah penyalahgunaan kekuasaan pemerintah yang saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
"Saya harus sampaikan bahwa power must not go unchecked. Saya ulangi sekali lagi. Power must not go unchecked. Artinya apa, kita, kami, harus memastikan bahwa penggunaan kekuasaan oleh para pemegang kekuasaan itu tidak melampui batas, sehingga cross the line, sehingga masuk yang disebut abuse of power," kata SBY dalam konferensi pers, Kamis malam (27/7).
SBY mengatakan, banyak pelajaran di dunia, apabila penguasa melampaui batas, maka rakyat akan memberikan koreksi. "Kami akan terus mengingatkan, gunakan kekuasaan secara amanah; proper sesuai konstitusi, UU, etika, tidak melampaui batas dan tidak keliru," kata SBY yang mengenakan batik berwarna biru.
(Baca: SBY- Prabowo Bertemu, Jokowi: Baik Kalau Buat Kepentingan Bangsa)
Prabowo mengatakan hal yang sama, bahwa setiap kekuasaan harus diawasi dan diimbangi. Dia menjelaskan pertemuan antara dirinya dengan SBY karena latar belakang situasi yang memprihatinkan terkait dengan pengesahan UU Pemilu. Gerindra, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) menolak pengambilan keputusan dalam pengesahan UU Pemilu.
Empat partai ini memilih walk out atau meninggalkan ruangan sidang karena menolak persyaratan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) didukung 20% kursi dewan atau 25% suara sah nasional.
"Presidential threshold 20% menurut kami adalah lelucon politik yang menipu rakyat Indonesia," kata Prabowo. (Baca: Pertemuan SBY-Prabowo, Upaya Gerindra Perkuat Koalisi di Pemilu 2019)
Prabowo mengatakan inti demokrasi tercermin dalam pelaksanaan pemilu. "Setiap upaya mengurangi kualitas demokrasi atau menggunakan cara-cara yang tidak sesuai dengan akal sehat, atau menyakiti kemampuan berpikir rakyat Indonesia, bagi kami ini mencemaskan."
Meski bersepakat bekerja sama dalam gerakan politik dan moral, namun kedua partai politik tak mendeklarasikan diri membentuk koalisi. Deklarasi koalisi tak menjamin langgeng, seperti halnya dua kubu koalisi yang terbentuk pada 2014 kandas di tengah jalan.
"Kita kenal namanya Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) pun sudah mengalami pergeseran yang fundamental. Maka kami tidak perlu harus menuntut yang namanya koalisi, yang penting kami tingkatkan komunikasi dan kerja sama," kata SBY.
(Baca: Gerindra Keluar Pansus Angket KPK, Dinilai Manuver Pasca-UU Pemilu)
Pertemuan Prabowo dan SBY mendapat sorotan publik, karena pertemuan keduanya yang pertama sejak 13 Mei 2014. Saat menjelang pertemuan, bahkan elit Demokrat membuat gambar digital foto terakhir kedua tokoh pada 2014 yang diberi judul 'Sejarah Bangsa'.
Wakil Ketua Umum Demokrat, Syarief Hasan, mengatakan kedua tokoh dalam pertemuan tidak membahas soal Pilpres 2019. Hingga kini, Demokrat belum menyiapkan nama yang akan diajukan untuk Pilpres dan berkeinginan kader partai maju sebagai calon presiden. Sementara Gerindra telah bersepakat mendukung Prabowo maju di pemilihan presiden 2019.
Syarief menuturkan kerja sama antara Demokrat dan Gerindra kemungkinan akan berlanjut dalam satu poros di parlemen. "Kalau melihat selama ini, kelihatannya kami punya visi yang sama. Jadi dapat dipastikan ke depan akan bersama," kata dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo turut berkomentar mengenai rencana pertemuan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto. Jokowi mengatakan pertemuan dua tokoh yang pernah jadi lawan politik dalam Pemilihan Presiden 2014 lalu merupakan hal yang baik.
Jokowi mengatakan pertemuan apa pun, baik antartokoh atau partai, akan berdampak baik selama tak semata demi kepentingan pribadi atau golongan. "Jadi baik-baik saja asal untuk kepentingan bangsa," kata Jokowi di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (27/7).
(Baca: Tanggapi SBY-Prabowo, Jokowi: Sekarang Tak Ada Lagi Kekuasaan Absolut)