Indonesia Kekurangan Insinyur, Jokowi Minta Optimalkan LPDP
Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pemerintah akan berupaya membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk menempuh pendidikan tinggi. Salah satu instrumennya adalah melalui optimalisasi pemberian beasiswa LPDP.
"Apalagi LPDP sudah beri beasiswa kepada 16.295 orang di mana 7.889 merupakan luar negeri dan 8.406 dalam negeri," kata Jokowi di kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa (7/2).
Jokowi menyatakan bahwa pada 2020-2030 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Di mana, saat itu jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Untuk itu, pemerintah harus lebih fokus menyasar pemerataan pendidikan tinggi, bukan lagi tingkat dasar atau menengah.
(Baca juga: Sri Mulyani Siap Gelontorkan Rp 2,5 Triliun untuk Beasiswa LPDP 2017)
Pemberi beasiswa seperti LPDP, menurutnya harus membuka kesempatan secara merata bagi anak-anak berprestasi dari seluruh pelosok Tanah air. “Terutama yang berasal dari daerah-daerah tertinggal,” katanya.
Selain itu, bidang studi yang disponsori juga harus sesuai arah pembangunan Indonesia di masa depan seperti maritim, energi, pangan sampai ekonomi kreatif.
Jokowi menyatakan, kualifikasi pendidikan tinggi Indonesia hanya 7,2 persen dari keseluruhan angkatan kerja. Padahal Negara maju yang tergabung dalam Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) sudah mencapai 40,3 persen.
Ia mencontohkan, rasio insinyur Indonesia saat ini hanya 2.671 orang per sejuta penduduk. Angka ini kalah jauh dari Negara maju seperti Korea Selatan yang rasio insinyurnya mencapai 25.309 orang per satu juta penduduk.
(Baca juga: Jokowi: Pasar Tradisional Akan Hilang Diganti Toko Online)
Bahkan, dibandingkan sesama Negara berkembang di Asia Tenggara pun rasio insinyur Indonesia terbilang rendah. Malaysia misalnya, memiliki rasio 3.333 orang per sejuta penduduk dan Vietnam dengan jumlah 9.037 per satu juta penduduk. "Makanya optimalisasi ini sangat penting," kata Jokowi.