Hadapi Gangguan Operasi, Produksi Minyak Oktober Turun
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat penurunan realisasi produksi minyak bumi pada Oktober lalu. Realisasi produksi minyak hanya 834.203 barel per hari (bph), lebih rendah 0,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 837.590 bph.
Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan, penurunan tersebut karena permasalahan operasi di wilayah kerja migas. "Ada masalah dalam produksi," kata dia kepada Katadata, Selasa (1/11). Namun, dia tidak mau menjelaskan detail masalah operasi tersebut, termasuk wilayah kerja migas yang mengalami gangguan.
(Baca: Produksi Minyak Pertamina Meningkat di Kuartal Tiga)
Di sisi lain, SKK Migas mencatat, rata-rata produksi minyak dari awal tahun sampai akhir Oktober lalu sebesar 833.837 bph. Angka ini lebih tinggi 1,5 persen dari proyeksi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar 820 ribu bph.
Sementara untuk realisasi produksi gas pada Oktober lalu sebesar 8.034 MMscfd. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 7.947 mmcsfd.
Jika dihitung sejak Januari hingga Oktober lalu, realisasi produksi gas sudah mencapai 7.963 mmscfd. Angka ini lebih tinggi dari target dalam APBNP 2016 yang hanya 6.440 mmscfd. Jika ditotal, produksi migas pada Oktober 2016 mencapai 2.269 juta barel minyak ekuivalen per hari (boepd).
Direktur Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan mengatakan, produksi migas secara teknis bisa turun karena pada Oktober lalu ada pemeliharaan dari gas lift compressor di Total E&P Indonesie. Fungsi gas lift compressor adalah mengalirkan gas ke sumur-sumur minyak. "Selama perbaikan, sumur minyak yang menggunakan gas lift compressor tidak dapat diproduksikan,” ujar dia.
(Baca: Cadangan Baru Minim, Produksi Gas Susut Tujuh Tahun Terakhir)
Tren penurunan produksi minyak ini menjadi sorotan SKK Migas. Pada 2050 mendatang, produksi minyak diperkirakan hanya 86 ribu barel per hari (bph) karena kondisi sumur yang tua. (Baca: Pertamina Gandeng Perusahaan Patungan Garap Lapangan Minyak Tua)
Begitu juga dengan gas. Jika tidak menemukan cadangan yang signifikan, produksi gas pada 2030 akan merosot menjadi 729 bsmph. Adapun, pada 2050, lapangan migas yang ada hanya menghasilkan gas bumi sebesar 199 bsmph.