Minyak Mentah Dunia Kembali Tembus US$ 50

Maria Yuniar Ardhiati
1 Juli 2016, 10:02
Rig Minyak
Katadata

Minyak mentah acuan Brent diperdagangkan dengan harga di atas US$ 50 per barel hari ini. Hal tersebut disebabkan oleh para investor yang sudah siap menghadapi kenaikan harga serta pengetatan pasar.

“Kebijakan moneter yang terus melonggar di seluruh dunia telah mendukung pasar komoditas,” kata Bank ANZ seperti dikutip Reuters, Jumat, 1 Juli 2016. (Baca: OPEC Tanpa Keputusan, Harga Minyak Tembus US$ 50 per Barel).

Minyak mentah berjangka Brent mencapai harga US$ 50,04 per barel atau naik 33 persen. Sementara itu, harga acuan West Texas Internediate (WTI) naik 28 persen menyentuh US$ 48,61 per barel.

Para pedagang menyatakan kenaikan harga ini merupakan akibat dari pengetatan pasar, setelah pasokan berlebih sepanjang 2014 - 2016 hingga menyebabkan harga anjlok. Saat ini, pasar diperkirakan sedang mencari titik keseimbangannya kembali. (Baca: Mogok Kerja di Norwegia Picu Harga Minyak Naik).

Pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, yang menantikan adanya perlambatan ekonomi di Asia karena Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) juga menjadi alasan para pemain di pasar finansial untuk mengucurkan modalnya ke sektor komoditas. Sektor tersebut menjadi salah satu yang terkuat dalam kinerja kuartal kedua tahun ini.

Harga pun masih dipengaruhi pasokan pasar. Meski produksi minyak negara-negara anggota OPEC telah mencatatkan rekor 32,82 juta barel per hari (bph) pada bulan Juni, organisasi ini masih menantikan suplai yang lebih tinggi. Sebelumnya pada awal Juni lalu, harga minyak juga sempat mencapai US$ 50 per barel menyusul pertemuan OPEC yang berakhir tanpa kesepakatan dalam penerapan strategi produksi minyak. (Baca: Permintaan Naik, Saudi Aramco Kerek Harga Minyak di Pasar Asia).

Dalam pertemuan OPEC bulan kemarin, Arab Saudi menyatakan tidak akan membanjiri pasar dunia dengan hasil produksi minyaknya. “Kami akan sangat berhati-hati dan berjanji tidak mengguncang pasar dengan cara apa pun,” ujar Menteri Energi Arab Saudi yang baru, Khalid al-Falih seperti dikutip Reuters.

Arab Saudi dan aliansinya di kawasan Teluk telah berusaha mengajukan usulan kepada OPEC untuk mengakomodasi kepentingan setiap anggotanya. Namun pertemuan yang digelar pada Kamis, 3 Juni 2016 tidak menghasilkan kebijakan apapun, dengan adanya sikap keras Iran yang menolak usulan Arab.

Iran tetap ingin meningkatkan produksi minyaknya secara bertahap. Ketegangan di antara keduanya makin terlihat dalam beberapa pertemuan OPEC sebelumnya. Salah satunya terjadi pada Desember 2015, saat gagal menyetujui target produksi minyak pertama kalinya setelah bertahun-tahun.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...