Pemerintah Tunjuk Poten and Partners Jadi Konsultan Blok Masela
KATADATA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya menunjuk Poten and Partners sebagai konsultan untuk mengkaji Blok Masela. Perusahaan broker dan konsultan di industri minyak dan gas itu terpilih di antara 12 calon yang masuk meja tim penjaring konsultan dari Kementerian. “Dipilih harga penawaran terendah,” kata Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto kepada Katadata, Senin, 9 November 2015.
Seperti yang tertera dalam situsnya, Poten and Partners merupakan tim broker dan konsultan komersial dengan spesialisasi dalam energi dan industri transportasi laut. Dengan berkantor di tujuh kota seluruh dunia, mereka mengkalim mampu menyediakan akses yang handal, informasi komoditas yang luas di seluruh dunia, dan sebagai broker minyak dan pengiriman yang tak tertandingi. Ketujuh kantor mereka yaitu di Athena, Guangzhou, Houston, London, New York, Perth dan Singapura.
Menurut Djoko Siswanto, tim penjaring hanya menerima enam calon konsultan. Namun, jumlah peminat kemudian membengkak hingga dua kalinya. Sebenarnya, ada beberapa pertimbangan untuk menentukan konsultan yang akan diserahi untuk mengkaji rencana pengembangan atau plan of development (PoD) di blok tersebut. Sayangnya, Djoko Siswanto enggan menyampaikan alasan memilih Poten and Partners selain karen harga penawarannya paling rendah. (Baca juga: Pakai Skema Darat, Proyek Blok Masela Bisa Molor).
Sebelum nama Poten and Partners muncul, ketika peserta calon konsultan baru enam perusahaan, Wood Mackenzie disebut-sebut sebagai kandidat terkuat. Ketika itu Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan ada enam perusahaan yang mengikuti proses seleksi atau beauty contest. Keenam perusahaan tersebut yaitu Fluor Corporation, Bechtel, IHS Inc, Wood Mackenzie, A.T. Kearney, dan Deloitte Advisory yang berasal dari Amerika Serikat. Satu lainnya ialah Wood Mackenzie dari Skotlandia.
Nah, informasi awal yang terkumpul menunjukkan Fluor Corporation dan Wood Mackenzie memiliki kualifikasi tertinggi. Fluor, perusahaan jasa konstruksi atau engineering, procurement, construction (EPC), pernah ikut proyek fasilitas lepas pantai terbesar di dunia untuk gas alam di Jawa pada era 1970-an. Sedangkan Wood Mackenzie adalah perusahaan konsultan energi, logam, dan pertambangan berbasis di Edinburgh Skotlandia yang memiliki 25 kantor di seluruh dunia.
Melalui pesan Whatsapp pada Minggu kemarin, Wiratmaja menyatakan perusahaan konsultan yang terpilih akan diumumkan pekan ini. Di tengah iniformasi ini, muncullah nama Wood Mackenzie sebagai calon terkuat. Pertimbangannya, perusahaan tersebut memiliki cabang di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Energi Sudirman Said tidak mau membicarakan konsultan independen tersebut. Alasannya, dia tak ingin mencampuri urusan tersebut karena telah ditangani oleh tim tersendiri. “Ada panitia penilai yang independen. Saya tidak akan ikut campur,” kata dia kepada Katadata, Jumat 6 November 2015.
Hanya, ketika itu dia mengatakan dalam waktu dekat nama konsultan akan segera diumumkan. Dengan begitu, akhir tahun sudah ada keputusan mengenai bentuk pengembang Blok Masela: menggunakan skema darat atau (onshore) atau fasilitas kilang gas cair terapung (FLNG). “Deadline tidak berubah. Sebelum akhir tahun harus selesai kajiannya.”
Pengembangan Blok Masela mencuat setelah ada “kepretan” Rizal Ramli pada akhir September lalu. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli ini meminta Kementerian Energi dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengkaji ulang rencana pengembangan blok di Laut Arafura itu. Padahal, SKK Migas sudah menyetujui proposal revisi PoD blok dengan cadangan gas 10,7 triliun kaki kubik (tcf) yang diajukan oleh Inpex Masela Ltd.
Menurut perhitungan Rizal, tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return proyek ini mencapai 15,04 persen. Sedangkan potensi penerimaan negara ditaksir US$ 43,8 miliar atau Rp 626,3 triliun. Nah, Rizal mempersoalkan rencana Inpex dan Shell Plc sebagai pengelola Blok Masela yang akan membangun FLNG. Sebab, teknologi fasilitas itu relatif baru dikembangkan Shell di seluruh dunia dan nilai investasinya US$ 19,3 miliar. (Baca: Rizal Ramli Minta Pengembangan Blok Masela Dikaji Ulang).
Karena itu, daripada membangun FLNG, lebih menguntungkan jika membuat jaringan pipa sepanjang sekitar 600 kilometer untuk mengalirkan gas dari Blok Masela ke Kepulauan Aru di Maluku. Selain investasinya lebih murah, langkah tersebut bermanfaat untuk membantu pengembangan wilayah Aru.
Atas usulan ini, SKK Migas menyanggahnya. FLNG dianggap lebih murah secara investasi dan bisa dikembangkan. Nah, Menteri Sudirman lebih percaya pada perhitungan SKK. Karena tidak ada titik temu, Rizal Ramli meminta Kementerian Energi menggandeng konsultan independen untuk menghitung ulang semua aspek terkait pengembangan blok tersebut.