Demi Pulihkan Ekonomi, Jokowi Minta Tensi di Laut Cina Selatan Diredam

Rizky Alika
12 November 2020, 21:17
jokowi, asean, laut cina selatan
ANTARA FOTO/Biro Pers - Lukas/hma/hp.
Presiden Joko Widodo mengikuti KTT ASEAN Plus Three secara virtual dari Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4/2020). Dalam KTT tersebut Presiden Jokowi mendorong adanya penguatan kerja sama negara ASEAN Plus Three (APT) untuk menciptakan resiliensi terhadap tantangan pandemi Covid-19 dan pelemahan ekonomi.

Presiden Joko Widodo menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-23 ASEAN-Republik Rakyat Tiongkok (RRT) secara virtual pada Kamis (12/11). Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan ketegangan Laut Cina Selatan yang dikhawatirkan dapat menghambat pemulihan ekonomi negara-negara Asia Tenggara.

Ia pun menilai, hal tersebut membuat stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik belakangan ini diliputi dengan ketidakpastian, Jokowi pun berharap, kemitraan antara ASEAN dan Tiongkok dapat menyelesaikan permasalahan ini.

"Kita semua, tanpa terkecuali, memiliki tanggung jawab menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan," kata Jokowi seperti dikutip dari keterangan pers Kementerian Sekretariat Negara, Kamis (12/11).

Hal senada disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai pertemuan. Ia mengatakan, Jokowi menekankan pentingnya penghormatan atas hukum internasional di Laut China Selatan. Presiden juga berharap adanya kerja sama banyak negara demi mewujudkan stabilitas di kawasan.

"Presiden menekankan semua pihak menahan perilaku yang dapat meningkatkan tensi," ujar Retno di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (12/11) malam.

Selain soal geopolitik, Jokowi juga menyampaikan pentingnya kerja sama negara-negara kawasan dalam pemenuhan ketersediaan vaksin dan obat-obatan Covid-19 di kawasan. Tak hanya itu, Presiden mengapresiasi keputusan Tiongkok tersebut untuk bergabung dalam COVAX Facility serta menjadikan vaksin sebagai komoditas publik yang bersifat global.

Selain hal tersebut, Jokowi juga menyampaikan ASEAN dan Tiongkok harus segera mereaktivasi kerja sama ekonomi lewat harmonisasi kebijakan, dan memastikan rantai pasok global dengan menghapus hambatan perdagangan.

Laut Cina Selatan merupakan wilayah yang terus memanas selama beberapa waktu belakangan usai Tiongkok mengklaim sebagai pemilik hampir seluruh kawasan tersebut. Sementara, Vietnam, Brunei, Malaysia, dan Filipina juga mengklaim hal yang sama. Indonesia pun memiliki perbatasan langsung dengan laut tersebut, yakni di Kepulauan Natuna.

Kondisi semakin tegang  Amerika Serikat (AS) turut memanaskan suasana dengan menerbangkan pesawat pembom B-1B dan drone mata-mata Global Hawk di atas Laut Cina Selatan. Kemudian, pesawat pembom B-1B dan Global Hawk terbang dari Guam untuk mendukung Komando Indo-Pasifik dan secara khusus melakukan misi di wilayah tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bahkan secara khusus meminta negara-negara ASEAN mengambil tindakan lebih konkret dalam menghadapi Beijing.  “Jangan hanya berkata-kata tapi bertindaklah,” kata Pompeo dalam pertemuan dengan para Menlu negara ASEAN September lalu dikutip dari Al-Jazeera.

Adapun negara Asia Tenggara saat ini sedang dilanda resesi dampak Covid-19. Perekonomian RI pada kuartal III 2020 masih minus 3,49%, begitu pula ekonomi Filipina yang terkontraksi 11,5% pada triwulan tiga.  Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Singapura juga tercatat minus 7% pada kuartal III 2020. 

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...