Pentingnya Dosis Kedua Vaksinasi Covid-19

Arofatin Maulina Ulfa
Oleh Arofatin Maulina Ulfa - Tim Riset dan Publikasi
31 Januari 2021, 09:45
Petugas kesehatan menyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac ke seorang tenaga kesehatan di Rumah Sakit (RS) Umum Pusri Palembang, Sumatera Selatan, Senin (25/1/2021). Presiden Joko Widodo menargetkan sebanyak 181,5 juta rakyat Indonesia akan mendapatkan suntika
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia telah dimulai sejak 13 Januari 2021. Vaksinasi pertama diberikan kepada presiden Joko Widodo (Jokowi). Untuk dosis kedua, presiden menerima vaksin pada Rabu (27/1), di halaman tengah Istana Negara, Jakarta.

Sebelumnya, Badan POM mengeluarkan persetujuan penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin diikuti dikeluarkannya fatwa halal oleh Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 11 Januari 2021.

Secara global, peluncuran vaksin Covid-19 telah berjalan sebagai upaya untuk mengendalikan pandemi. Beberapa negara, seperti Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain, telah berhasil memberikan suntikan vaksin sebagian besar penduduknya. Sementara negara seperti AS dan Kanada bahkan belum mencapai indicator berhasil.

Persoalan yang dihadapi oleh negara-negara tersebut disebabkan kekurangan pasokan vaksin. Adapun penyebab lainnya adalah sistem perawatan kesehatan yang terfragmentasi dan kekurangan dana yang tidak mendapat dukungan federal. Dampaknya, orang yang telah menerima suntikan vaksin pertama kemungkinan harus menunggu lebih lama dari tiga atau empat minggu yang disarankan untuk mendapatkan dosis kedua.

Di Indonesia, pemerintah telah menyepakati penggunaan vaksin Sinovac untuk tahap awal. Adapun vaksin COVID-19 produksi Sinovac membutuhkan dua kali penyuntikan dengan jarak waktu 14 hari. Para penerima vaksin akan mendapatkan kartu vaksinasi dan diingatkan untuk kembali menerima vaksin untuk kedua kalinya.

Lalu mengapa kebanyakan vaksin membutuhkan dua kali penyuntikan? Hal ini karena sel kekebalan pertama kali menghadapi potensi ancaman, sehingga membutuhkan beberapa minggu untuk meningkatkan mesin pertahanan dan akhirnya memproduksi antibodi.

Adapun dalam suntikan kedua, adalah fase ‘meningkatkan dosis’  yaitu ketika sel kekebalan sudah terbiasa dengan ancaman virus sehingga hanya perlu menyempurnakan respons antibodi mereka untuk membentuk perlindungan yang lebih kuat.

Sel pembuat antibodi yakni sel-B merupakan garda utama dalam pembentukan antibodi. Jika waktu pemberian dosis pertama vaksin dan dosis kedua terlalu singkat, hal ini juga akan mempengaruhi antibodi yang dihasilkannya di mana perlindungannya tidak akan sekuat yang diharapkan. Itulah mengapa sangat penting untuk tetap waspada tentang pemakaian masker, mencuci tangan, dan jarak sosial. Di sarankan untuk mendapatkan dosis kedua vaksin dalam interval waktu enam minggu.

Untungnya, penundaan pemberian vaksin ke dua bukanlah sebuah persoalan. Hal ini dipertegas oleh David Topham, ahli mikrobiologi dan imunologi di Universitas Rochester di New York. “Ini benar-benar bukan masalah,” katanya mengutip GAVI.

Dalam uji klinis vaksin buatan Pfizer-BioNTech, peserta menerima suntikan dengan selang waktu 21 hari, sedangkan peserta vaksin Moderna mendapat jeda 28 hari. Untuk itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberikan otorisasi penggunaan darurat vaksin ini, mereka meresepkan interval yang tepat untuk masing-masing vaksin, dan memantau melalui data.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...