Vaksin Bawa Optimisme, Pengusaha Ramal Ekspor Sawit Naik 10% Tahun Ini

Rizky Alika
4 Februari 2021, 19:46
sawit, ekspor, covid-19
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/hp.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun 2020 yang berada di tengah situasi pandemi COVID-19 tidak mengalami perbedaan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau dengan volume 29,11 juta ton.

Optimisme akan adanya vaksin Covid-19 merambat pula ke industri kelapa sawit. Mereka yakin distribusi serum antivirus ke berbagai negara akan ikut memulihkan ekonomi dan permintaan minyak sawit mentah (CPO) tahun ini.

Bahkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi, ekspor minyak sawit dan turunannya bakal naik 10,2 persen tahun ini seiring adanya vaksin. Secara volume, mereka meramal total ekspor CPO dan turunannya tahun ini mencapai 37,5 juta ton.

"Permintaan 2022 tergantung vaksinasi yang dijalankan. Kalau vaksin cepat selesai, pasar cepat pulih dan permintaan pulih," kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam konferensi pers, Kamis (4/2).

Meski demikian, permintaan diperkirakan tak akan langsung pulih seperti sebelum pandemi, namun berjalan pelan seiring aktivitas ekonomi yang pulih di berbagai negara. Gapki juga memperkirakan, banyak negara yang akan lebih terbuka demi memacu ekonominya sehingga akan berdampak poisitif kepada CPO RI.

Secara rinci, ekspor CPO diperkirakan naik 4,5 persen menjadi 7,5 juta ton dibandingkan 2020. Kemudian, ekspor olahan CPO sebesar 24 juta ton, meningkat 13,7 persen dibandingkan tahun lalu.

Kenaikan juga akan dialami ekspor produk oleokimia yakni 8,4 persen menjadi 4,2 juta ton. Sementara, ekspor laurik diperkirakan turun 1,6 persen menjadi 1,8 juta ton.

Meski begitu, ada sejumlah faktor yang diperkirakan mengganggu permintaan sawit, salah satunya merebaknya kembali Covid-19 di Tiongkok dan beberapa negara lain. Tak hanya itu, penularan African Swine Fever juga bisa mengganggu permintaan minyak nabati, termasuk sawit.

Kinerja Negatif 2020

Gapki juga memaparkan realisasi ekspor di tahun 2020 yang terdampak pandemi. Ekspor CPO dan turunannya pada tahun lalu anjlok 9 persen menjadi 34 juta ton lantaran merosotnya permintaan di hampir semua negara tujuan.

Tahun lalu, sejumlah negara tujuan ekspor di Eropa, India, dan Tiongkok menerapkan lockdown, "Dan kelihatanya pemulihan beberapa negara di akhir tahun tidak cukup menolong," ujar Joko.

Penurunan volume ekspor terbesar CPO dan turunannya terjadi pada Tiongkok, yaitu turun 1,96 juta ton dibandingkan 2019. Kemudian, ekspor CPO ke Uni Eropa turun 712 ribu ton, Bangladesh turun 323 ribu ton dan Timur Tengah turun 280 ribu ton.

Anjloknya ekspor CPO juga terjadi pada pengiriman ke Afrika yakni 249 ribu ton dibandingkan 2019. Adapun kenaikan volume ekspor terlihat pada Pakistan yakni 275 ribu ton dan India yakni 111,7 ribu ton.

Jika dibedah, volume ekspor produk sawit seperti minyak dan olahannya turun 9,1 persen menjadi sebesar 28,2 juta ton tahun lalu. Begitu juga ekspor laurik  yang hanya mencapai 1,8 juta ton atau turun 4,7 persen. Persentase penurunan terbesar dialami ekspor biodiesel yang hanya mencapai 31 ribu atau anjlok 97,2 persen dari 2019.

Meski begitu, sepanjang 2020, ekspor oleokimia mencapai meningkat 20 persen menjadi 3,8 juta ton. Joko memperkirakan kenaikan ini akibat melonjaknya kebutuhan disinfektan selama pandemi. 

Secara totoal, meskipun secara volume turun, namun nilai ekspor CPO dan turunannya tahun lalu masih meningkat dari US$ 20,2 miliar menjadi US$ 22,9 miliar.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...