Epidemiologi: Percepat Pengembangan Vaksin Buatan Dalam Negeri
Epidemiologi FKM Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono berharap pemerintah bisa mempercepat proses vaksinasi kepada masyarakat. Namun, untuk bisa mempercepat vaksinasi maka pemerintah harus lebih dulu mengakselerasi logistik yaitu pengadaan vaksin.
“Saya usulkan adakan akselerasi logisitik dulu baru akselerasi vaksinasinya di masyarakat. Boleh simultan pada kelompok apa pun tapi akselerasi logistiknya harus terjamin, kemudian dipercepat pengembangan vaksin Merah Putih untuk diberikan kepada yang lebih muda dan Vaksin Nusantara kalau disebut vaksin maka bisa diberikan individual kepada orang orang yang tidak boleh memakai vaksin yang ada sekarang ini,” jelas Tri Yunis dalam diskusi virtual dengan tema "Setahun Pandemi, Apa Kabar Vaksin Anak Bangsa?" Jumat (26/2).
Menurut Tri, vaksin menjadi salah satu solusi untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di dalam negeri.
Sementara itu, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) diminta mendorong upaya pengembangan vaksin buatan dalam negeri salah satunya vaksin nusantara.
"Mungkin sebaiknya BPOM didorong untuk adil dengan memberikan fasilitas yang sama seperti saat vaksin Sinovac akan digunakan," kata Dahlan Iskan.
Dahlan menjelaskan, Vaksin Nusantara yang digagas Mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto kini menunjukkan perkembangan menggembirakan setelah lulus uji klinis tahap pertama. Vaksin Nusantara berbeda secara metode penggunaan dibanding vaksin lain, sehingga disebut vaksin terapi. Vaksin terapi ini mampu mengalahkan Covid-19 dengan hanya sekali pakai, sehingga lebih awet dan murah.
“Betul-betul diteliti 27 orang yang sudah menjalani dalam waktu yang cukup, dan dalam penelitian yang cukup, tidak ada efek samping, kemudian memang timbul imunitas," kata Dahlan.
Sebelumnya, tim peneliti dari PT. Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, dan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro mengembangkan vaksin virus corona bertajuk Vaksin Nusantara. Pengembangan vaksin itu juga melibatkan mantan Menteri Kesehatan Terawan Putranto.
Terawan mengatakan bahwa Vaksin Nusantara bersifat personal dan efektif untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga di atas 60 tahun. Bahkan vaksin tersebut bisa digunakan oleh orang dengan penyakit penyerta (komorbid).
Adapun pengembangan Vaksin Nusantara telah melewati uji klinis fase pertama untuk mengetahui keamanan vaksin pada akhir Januari 2021. Hasilnya menunjukkan bahwa vaksin tersebut tidak menimbulkan keluhan berat pada 27 sukarelawan.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena menjelaskan telah menerima laporan mengenai hasil uji klinis sementara yang menyimpulkan kekebalan tubuh dari vaksin Nusantara berjalan baik.
"Uji klinis tahap satu bagus, tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya. Antibodi yang dihasilkan tinggi sekali," jelasnya.
Menurut dia, BPOM pun perlu mendorong atau jika perlu ikut terlibat untuk meneliti lebih jauh keunggulan Vaksin Nusantara. DPR, kata Melkiades, akan memberi dukungan penuh terhadap semua pengembangan vaksin dalam negeri.
Deputi 7 Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menyambut baik hadirnya pengembangan Vaksin Nusantara. Ia menjelaskan, jika vaksin nusantara dapat diberikan pada pasien komorbid maka ini akan memecahkan satu masalah penting penanganan Covid-19 di Indonesia.
“Untuk vaksin nusantara merupakan solusi yang ditawarkan bagi pasien komorbid, untuk penyakit penyerta ini, jadi Pak Terawan (mantan Menkes-red) dengan Universitas Diponegoro diharapkan bersama kita semua dapat bersinergi,” ujarnya.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan