Studi: Vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech 94% Efektif
Studi independen terbesar pertama tentang vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech memberi harapan baru untuk mengakhiri pandemi dan memulihkan kembali kondisi ekonomi. Studi tersebut dilakukan terhadap 1,2 juta orang di Israel, yang telah divaksin Pfizer selama dua bulan terakhir.
Studi itu menemukan bahwa dua dosis vaksin dapat mengurangi kasus gejala Covid-19 sebesar 94% di semua kelompok umur dan meringankan kondisi penyakit parah akibat Covid-19 sebesar 92%. Penelitian tersebut telah dipublikasikan New England Journal of Medicine (NEJM).
“Studi yang dilakukan untuk melihat dampak vaksinasi massal nasional menunjukkan bahwa vaksin efektif bekerja pada gejala Covid-19 secara luas, sebuah temuan yang konsisten melalui uji coba acak,” kata penelitian tersebut.
Saat ini, perusahaan vaksin, termasuk Pfizer, tengah melakukan pengembangan vaksin baru tahap awal atau kemungkinan untuk mengubah komposisi vaksin yang sekarang untuk memastikan efektif bekerja terhadap varian baru virus Corona. Hal ini dilakukan karena dalam studi NEJM tidak dapat menjelaskan seberapa baik vaksin bekerja dalam melawan varian virus Covid-19 yang berasal dari Afrika Selatan.
Untuk itu, Pfizer telah mengumumkan strategi tambahan dengan akan melakukan uji suntikan penguat dari vaksin yang sekarang. Orang yang telah menerima vaksin dua dosis pada tahap percobaan paling awal dalam rentang waktu enam hingga 12 bulan lalu, akan ditawarkan dosis lain untuk melihat apakah antibodi yang mereka hasilkan cukup untuk menetralkan varian tersebut.
Masih Perlu Diteliti Lebih Lanjut
Adapun penelitian dari Israel tersebut adalah studi pertama yang melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak vaksin Pfizer dalam program vaksinasi massal. Penelitian ini merupakan kebalikan dari studi percobaan klinis terhadap orang dengan beberapa kondisi kesehatan atau risiko tertentu tidak akan disertakan.
Israel menerapkan vaksinasi massal lebih cepat daripada negara lain. Sehingga, beberapa data berhasil dihimpun di negara itu, meskipun data tersebut masih bersifat observasi.
Studi baru ini juga membandingkan dampak vaksin terhadap orang yang telah divaksinasi dengan mereka yang belum dievaluasi setelah divaksin. Studi ini mengamati efikasi satu suntikan vaksin setelah dua minggu dan di bawah tiga minggu.
Dosis tunggal disebut memiliki efektivitas 57 persen untuk melindungi terhadap gejala infeksi, sementara 74 persen dapat mengurangi kasus rawat inap dan 72 persen mengurangi kematian.
Studi tersebut juga menunjukkan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer dan BioNTech Jerman, efektif melawan varian virus Corona yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. Para peneliti mengatakan mereka tidak dapat memberikan tingkat keefektifan tertentu, tetapi variannya adalah versi virus yang dominan di Israel pada saat penelitian.
Adapun dari 9 juta orang di Israel, hampir setengahnya telah menerima dosis pertama dan sepertiga telah menerima kedua dosis tersebut sejak program vaksinasi dimulai pada 19 Desember 2020. Hal ini menjadikan negara tersebut sebagai lokasi utama untuk studi real-world tentang kemampuan vaksin untuk membendung pandemi, bersamaan dengan kemampuan pengumpulan data yang mumpuni.
Namun, studi ini masih merupakan analisis awal dari strategi vaksinasi Covid-19 nasional dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian awal ini juga memberikan gambaran yang lebih rinci tentang bagaimana vaksin bekerja pada interval mingguan. Sembari melihat bagaimana dampaknya terhadap individu yang menerima vaksin dan tidak dengan riwayat medis, jenis kelamin, usia dan karakteristik geografis yang serupa.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan