Jokowi Minta Ormas Keagamaan Tolak Kekerasan & Jauhi Sikap Eksklusif
Presiden Joko Widodo meminta organisasi keagamaan menolak cara-cara kekerasan dan menjunjung tinggi toleransi. Selain itu mereka diimbau menghindari praktik agama yang eksklusif dan tertutup.
Hal tersebut disampaikan Presiden pada Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional IX Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Istana Negara, Jakarta, (7/4). Jokowi meminta sikap-sikap tidak toleran disertai kekerasan fisik maupun verbal hilang dari Indonesia.
"Sikap tertutup akan meningkatkan intoleransi dan merusak sendi-sendi kebangsaan kita," kata Jokowi.
Oleh sebab itu Jokowi meminta organisasi keagamaan seperti LDII mendorong toleransi dalam kehidupan sosial. Pemerintah juga akan terus mendorong moderasi beragama yang terus mendukung persatuan.
Presiden juga mengingatkan pentingnya menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap sesama, menghormati perbedaan, memberi ruang kepada orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinan, menyampaikan pendapat, dan menghargai perbedaan.
Mantan Wali Kota Solo itu juga berpesan agar organisasi keagamaan harus punya komitmen kebangsaan yang kuat serta mengedepankan prinsip berbangsa. Kemudian, menjunjung tinggi ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya, organisasi keagamaan harus menghargai tradisi dan budaya lokal. Sebab, masyarakat Indonesia sangat beragam dengan tradisi warisan leluhur.
"Ramah dan terbuka terhadap seni budaya masyarakat lokal dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika kita sebagai bangsa Indonesia," kata dia.
Secara khusus, Jokowi meminta LDII melanjutkan paradigma yang terbuka, toleran, serta menghormati penganut agama lain. Dalam hal ini penghormatan juga perlu diberikan kepada umat Islam yang memiliki pandangan keagamaan yang berbeda.
"Dan tentu saja, jangan ada sedikitpun pandangan menjauh dari kelompok-kelompok Islam lainnya," kata Presiden.
Sedangkan Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso berharap semua pihak di negara ini bisa saling bekerja sama terutama ketika RI menghadapi situasi sulit akibat pandemi. Oleh sebab itu, LDII menyiapkan beberapa program keagamaan demi menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan religius.
"Bidang keagamaan ini program yang meningkatkan religiusitas termasuk di dalamnya membangun toleransi beragama," kata Chriswanto.