Jokowi Minta Pencarian dan Penyelamatan Awak KRI Nanggala Dilanjutkan
Presiden Joko Widodo alias Jokowi menyatakan akan terus melakukan upaya terbaik untuk mencari dan menyelamatkan para awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam ("subsink") di perairan utara Pulau Bali.
"Mereka adalah putra-putra terbaik bangsa, patriot terbaik penjaga kedaulatan negara. Segala upaya terbaik pencarian dan penyelamatan telah dan masih akan kita lakukan," kata Presiden dalam keterangan pers yang diunggah Sekretariat Presiden, Minggu (25/4).
Presiden mengajak seluruh masyarakat untuk memanjatkan doa terbaik bagi para 53 awak kapal, dan juga seluruh anggota keluarga para awak kapal agar mereka selalu diberi ketabahan, kesabaran dan kekuatan.
"Musibah ini mengejutkan kita semua, tidak hanya keluarga 53 awak kapal, keluarga Hiu Kencana (Korps Kapal Selam), maupun keluarga besar TNI Angkatan Laut, tapi juga seluruh rakyat Indonesia. Kita semua bangsa Indonesia menyampaikan kesedihan yang mendalam, khususnya kepada keluarga awak kapal selam," ujar Presiden.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam jumpa pers di Bali, Sabtu (24/4), mengatakan status KRI Nanggala-402 telah menjadi “subsunk” (tenggelam) setelah tim pencari melakukan pencarian selama 72 jam.
Sabtu kemarin adalah pencarian hari ketiga sejak KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak pada Rabu (21/4) dini hari di perairan sisi utara Pulau Bali. Sabtu pagi juga merupakan batas akhir life support oksigen bagi kru KRI Nanggala, yakni 72 jam, jika listrik dalam kapal mati total (black out).
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan jika aliran listrik masih menyala, kemungkinan kapasitas oksigen dalam kapal akan tersedia sampai 5 hari dan akan habis kurang lebih pada hari Senin (26/4).
Yudo mengatakan pencarian kapal saat ini terkonsentrasi di sembilan titik pada perairan utara Bali, yaitu sekitar 40 kilometer dari pesisir Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng.
Sembilan titik itu jadi daerah fokus penyelidikan karena tim pencari sempat menemukan tumpahan minyak, serta mendeteksi daya magnet cukup kuat.
TNI sudah menemukan bukti tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti otentik tenggelamnya kapal selam tersebut. “Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir live support, berupa ketersediaan oksigen, di KRI Nanggala,” kata Hadi dalam konferensi pers, Sabtu (24/4).
Bukti-bukti yang terkumpul berupa pelurus tabung torpedo dan grease (pelumas kapal). “Ada pula alas untuk salat dan beberapa spon penahan panas yang mengecil,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono.
TNI sebelumnya telah mengerahkan 21 KRI yang sebagian besar memiliki daya deteksi sonar untuk memetakan situasi di kedalaman dan dasar laut. Sebanyak empat kapal dan satu unit alat deteksi bawah laut atau remote operation vehicle (ROV) dari kepolisian.
Badan SAR Nasional (Basarnas) juga mengerahkan dua unit kapal dan satu ROV untuk membantu pencarian kapal selam yang mengangkut 53 penumpang itu. Negara lain juga turut membantu, seperti Malaysia, Singapura, India, Australia, dan Amerika Serikat.
Lima personel Angkatan Bersenjata Singapura telah berada di atas KRI Suharso untuk membantu pencarian dan penyelamatan. AS mengirimkan pesawat patroli maritimnya bernama P-8 Poseidon. Pesawat ini dirancang khusus untuk misi pencarian di lautan, khususnya kapal selam.
Kapal-kapal dan tim pencari tersebut fokus menyusuri perairan sekitar 40 kilometer dari utara Celukan Bawang. Wilayah ini berada di di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa itu berada di wilayah pesisir utara Pulau Bali.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan dari hasil pemodelan arus laut, ada kemungkinan kapal selam KRI Nanggala-402 terbawa arus ke timur, ke perairan lebih dalam. Ketiadaan ada tenaga akan membuat kapal terombang-ambing dan mengikuti arus.
KRI Nanggala-402 memiliki daya jelajah untuk kedalaman laut sekitar 250 sampai 500 meter. “Kalaupun sampai 500 meter, itu tidak bisa terlalu lama, karena tekanannya dapat mempengaruhi badan kapal selam,” ucap Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Djoko Nugroho.
Apabila tekanannya melebihi kekuatan kapal selam, maka yang terjadi adalah masuknya air laut ke dalam tubuh kapal. Kapal selam bisa semakin berat dan ke dasar laut sehingga membuat pencarian semakin sulit.
Djoko mengatakan apabila kapal selam yang terbawa arus ke arah timur atau tenggara utara Bali, maka dapat dipastikan jatuh ke lokasi yang lebih dalam. Tidak sekadar 700 meter.