Mengapa Covid-19 Varian Delta di Dunia Naik dan Turun dalam Dua Bulan?
Berbagai negara kini sedang mengalami gelombang penularan Covid-19 varian Delta. Berbeda dengan varian awal, mutasi virus saat ini menulari banyak orang dalam waktu cepat.
Penularan dalam waktu cepat dalam jumlah besar membuat banyak negara kesulitan menghadapi gelombang Delta. Fenomena di berbagai negara, masa gelombang Delta ini berlangsung dalam waktu sekitar dua bulan.
Misalnya saat gelombang varian Delta awalnya terdeteksi di India pada Maret 2021. Penularan virus tersebut lalu melonjak dalam waktu dua bulan hingga puncaknya pada Mei 2021 dan akhirnya melandai.
Di Indonesia, kenaikan kasus pada gelombang kedua juga berlangsung selama dua bulan. Tambahan kasus Covid-19 terendah sebelum adanya gelombang kedua terjadi pada 18 Mei, yaitu 4.185 kasus dan melonjak hingga mencapai puncaknya 56 ribu pada 16 Juli.
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan semua pergerakan virus memang memiliki pola. Dia menjelaskan masa kritis varian Delta rata-rata terjadi selama 10-12 minggu. "Dan ini terjadi di semua tempat," kata Dicky kepada Katadata.co.id, Jumat (8/10).
Siklus ini terjadi karena sirkulasi virus memerlukan waktu selama dua bulan. Dicky mencontohkan pola serupa juga kerap terjadi pada penularan virus influenza.
Sedangkan setelah dua bulan, masyarakat telah mencapai kekebalan akibat telah terinfeksi Covid-19 atau telah vaksinasi. The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) pun memperkirakan, 29% orang di Indonesia sudah terkena corona hingga 27 September.
Dicky memperkirakan, sudah ada 120 juta orang di Indonesia yang memiliki imunitas akibat terinfeksi Covid-19 serta vaksinasi. "Artinya situasi penularan mereda karena masyarakat sudah mencapai status imunitas, tapi bukan karena herd immunity," ujar dia.
Meski begitu, Dicky mengingatkan 29% masyarakat yang telah terpapar corona bisa mengalami penurunan daya tahan tubuh pada tiga bulan kemudian. Untuk itu, ada potensi terjadinya penularan gelombang ketiga saat kekebalan mereka menurun.
"Ini membuat rawan kalau vaksinasi lengkap tidak dikejar," ujar dia.
Sedangkan, Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Masdalna Pane mengatakan seluruh negara mengalami penurunan kasus Covid-19 setelah 8-14 minggu.
Selain karena proporsi penularan yang makin menyusut, virus melemah serta intervensi yang dilakukan oleh pemerintah. "Misalnya isolasi dan karantina yang ketat," ujar Masdalina saat dihubungi.
Tak hanya itu, pelemahan varian Delta bisa terjadi akibat virus bermutasi menjadi varian lain. Masdalna mencontohkan, varian Delta Plus memiliki jumlah yang lebih banyak dari mutasi sebelumnya.
"Penurunan kasus terjadi seiring dengan penurunan jumlah varian Delta," tulis Masdalina, seperti dikutip dari bahan presentasinya.
Sedangkan Epidemiolog dari University of Texas Health Science Center at Houston, Katelyn Jetelina mengatakan ada sejumlah faktor yang memengaruhi pola gelombang penularan. Pertama, perilaku manusia yang berubah-ubah mengikuti tinggi rendahnya infeksi virus di wilayahnya tinggal.
"Begitu kasusnya mulai meningkat, orang-orang mulai mengubah perilaku," kata Jetelina seperti dikutip dari laman Poynter Institute pada Jumat (8/10).
Bahkan, pembatasan aktivitas sederhana, seperti menutup atau membatalkan rencana pertemuan bisa menurunkan angka penularan. Selain itu, orang-orang mulai menganggap serius gelombang penularan Delta saat kenaikan kasus terjadi.
Kedua, faktor musiman. Selama masa non-pandemi, sebagian besar virus corona bersifat musiman. Selain itu, virus lain seperti flu juga bersifat musiman karena pola iklim dan perilaku manusia.
Di Amerika Serikat, bukan suatu kebetulan bahwa gelombang Covid-19 terbesar terjadi selama musim dingin. Tapi, hal ini tidak sepenuhnya menjelaskan kenaikan kasus pada seluruh gelombang.
Ketiga, jejaring sosial karena penularan Delta dipengaruhi oleh orang-orang yang melakukan kontak secara reguler. Hal ini sangat bergantung pada bagaimana dan di mana orang berinteraksi.
Tak hanya itu, saat melakukan pembatasan sosial, seseorang cenderung berinteraksi dengan orang yang mempunyai ciri serupa. Sebagai contoh, orang yang sudah divaksin akan berinteraksi dengan orang lain yang sudah divaksin juga.
Ini makanya penularan virus akan lebih rendah dalam skenario tersebut. Sebaliknya, virus punya peluang menulari seseorang jika tidak berhati-hati dalam memilih lingkungan pergaulan.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan