Vaksin Merah Putih Eijkman Molor, Izin Diperkirakan Terbit Akhir 2022
Pengembangan vaksin Merah Putih molor dari rencana. Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan, izin penggunaan darurat (EUA) yang semula ditargetkan pada pertengahan 2022 akan mundur menjadi akhir 2022.
Pemberian izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diperkirakan mundur lantaran uji klinik vaksin belum bisa dimulai. Semestinya, pengujian dilakukan pada awal tahun depan.
"Pada akhir tahun ditargetkan mendapatkan EUA," kata Amin saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (16/12).
Mundurnya uji klinis lantaran Eijkman masih mengkaji sejumlah hal. Mereka harus melakukan optimasi hingga memastikan produktivitas bibit vaksin cukup tinggi. "Ini masih diproses. Jadi jadwal uji klinik harus disesuaikan lagi," ujar dia.
Namun berdasarkan uji awal pada hewan, Amin telah melihat perkembangan positif. Dia mengatakan, produktivitas bibit vaksin cukup tinggi serta bisa merangsang pembentukan antibodi.
Nantinya, hasil uji klinis vaksin lokal dapat digunakan untuk mengajukan izin vaksinasi dosis ketiga atau booster. Sementara, pengajuan izin vaksin Merah Putih untuk anak-anak memerlukan pengujian tersendiri.
Sedangkan uji klinik vaksin untuk anak-anak baru bisa dilakukan apabila pengujian untuk dewasa telah rampung. Selain itu, uji klinik vaksin untuk anak bisa dilakukan jika uji klinis fase tiga tidak perlu dilakukan sampai selesai.
"Jadi uji klinik untuk usia 18-59 tahun. Kalau sudah selesai, baru usia muda 12-18 tahun," kata Amin.
Sedangkan dari survei yang dilakukan Lapor Covid-19 pada Oktober 2020 lalu, sebanyak 31% responden bersedia menggunakan vaksin Sinovac jika terinfeksi Covid-19. Namun, persentase tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang setuju menerima vaksin Merah Putih, yakni 44%.
Adapun, Eijkman akan bekerja sama dengan beberapa industri untuk memproduksi vaksin Merah Putih secara massal. Salah satu industri itu ialah PT Bio Farma (Persero).
"Kami sudah bicara dengan Bio Farma. Mereka siapkan semuanya untuk produksi massal," ujar Amin.
Eijkman mengembangkan vaksin Merah Putih menggunakan platform protein rekombinan yang lebih rumit dibandingkan vaksin konvensional. Namun vaksin ini memiliki keunggulan yakni penyimpanannya tidak membutuhkan suhu minus, seperti halnya vaksin berbasis mRNA.
Vaksin berbasis protein rekombinan bisa disimpan di suhu 4 derajat celsius. Dengan kelebihan ini, vaksin protein rekombinan diharapkan bisa didistribusikan ke daerah pelosok tanpa tempat penyimpanan khusus.
Selain Eijkman, vaksin Merah Putih juga dikembangkan oleh Universitas Airlangga (Unair). Unair mengembangkan vaksin Merah Putih dengan platform inactivated virus.