Dongeng Adalah Cerita Fiktif, Berikut Jenis dan Contohnya
Dongeng merupakan suatu jenis cerita yang barangkali sudah sering kita dengar sejak berusia anak-anak. Dongeng bisa menjadi hiburan, sarana pesan moral, hingga penghantar tidur yang diceritakan oleh guru maupun orangtua.
Pengertian Dongeng
Secara sederhana, dongeng adalah cerita prosa rakyat fiktif atau tidak benar-benar terjadi. Kisah yang dimuat dalam dongeng sering melukiskan sebuah sindiran hingga pesan moral.
Sama dengan penuturan cerita pada umumnya, dongeng terdiri dari unsur tema, alur, latar, tokoh, penokohan, dan amanat.
Mengutip modul "Bahasa Indonesia" oleh Agus Triantono, dongeng bisa berisi peristiwa aneh pada masa lampau, sehingga termasuk dalam cerita tradisional. Lewat dongeng, nilai kepercayaan hingga adat istiadat masyarakat dapat tercermin.
Pengertian dongeng menurut ahli
James Danandjaja
Menurut James Danadjaja dongeng adalah cerita rakyat lisan yang tidak anggap benar-benar terjadi. Dongeng tidak terikat oleh suatu tempat dan waktu, karena diceritakan terutama untuk menghibur.
Agus Triyanto
Dongeng adalah cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi dan digunakan untuk menyampaikan ajaran moral dan menghibur.
Handajani
Menurut Handajani, dongeng dikemas dengan perpaduan unsur hiburan dan pendidikan. Unsur hiburan ditemukan lewat kosakata bersifat lucu, sifat tokoh dan pengalamannya. Sedangkan, unsur pendidikan ada ketika dongeng mengenalkan dan mengajarkan berbagai ilmu luhur, pengalaman spiritual, hingga masalah sosial di masyarakat.
Ciri-ciri Dongeng
Dari penjabaran terkait pengertian dongeng di atas, dapat disimpulkan bahawa dongeng memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Cerita singkat dengan alur sederhana.
- Ada tokoh protagonis dan antagonis.
- Ditulis dengan gaya penceritaan lisan dan disebarkan dalam waktu yang cukup lama.
- Bersifat khayalan atau fiktif.
- Mengandung pesan moral.
- Bersifat anonim atau tidak diketahui siapa pengarangnya.
- Terdapat berbagai versi.
- Penokohannya tidak detail.
Jenis-jenis Dongeng
Dongeng Fabel (Binatang)
Dongeng jenis ini memiliki tokoh yang diperankan oleh binatang yang berperilaku layaknya manusia. Dongeng ini biasanya menggambarkan watak dan budi pekerti manusia yang diceritakan lewat perbuatan baik dan buruk. Contohnya, dongeng Persahabatan Kelinci dan Monyet.
Dongeng Jenaka
Dongeng jenaka mengundang orang yang mendengarnya untuk tertawa. Sisi jenaka tersebut muncul dari berbagai segi, mulai dari sifat tokoh sampai pengalaman mereka dalam cerita. Contohnya, dongeng Kabayan.
Mitos
Mite atau mitos adalah dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan dan hal-hal gaib yang dipercaya masyarakat tertentu. Contohnya Nyi Roro Kidul dan Roro Jongrang.
Legenda
Dongeng legenda berhubungan dengan asal usul atau cerita suatu tempat. Contohnya, Tangkuban Perahu dan Danau Toba.
Parabel
Parabel adalah dongeng yang memuat nilai-nilai keagamaan, moral hingga pendidikan sebagai pandangan hidup. Contohnya, Hikayat Bayan Budiman dan Malin Kundang.
Sage
Sage adalah dongeng sejarah dengan campurang fantasi dari masyarakat. Contohnya, Lutung Kasarung dan Si Pitung.
Hikayat
Hikayat adalah cerita rekaan dalam sastra Melayu lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan. Dongeng jenis ini umumnya mengisahkan kehebatan seseorang lengkap dengan keanehan hingga mukjizat dari tokoh utama. Contohnya, Hikayat Hang Tuah.
Contoh Dongeng
1. Cerita Dongeng Buaya dan Kancil yang Cerdik
Pada suatu hari ada seekor kancil yang sedang mencari makan di dalam hutan. Ia berjalan menyusuri hutan, karena makanan yang ada di sekitar tempat tinggalnya mulai berkurang. Kancil pun pergi menyusuri hutan, hingga ia menemui sungai.
Sungai itu dipenuhi dengan buaya berukuran besar yang kelaparan. Si kancil pun tak kehabisan akal. Sesaat ia berpikir, ia pun menemukan cara menghadapi kawanan buaya yang kelaparan.
“Hai buaya, apakah kalian sudah makan siang?” Teriak kancil kepada buaya yang ada di sungai.
Tiba-tiba seekor buaya muncul ke permukaan air dan berkata “Siapa itu yang berteriak? Mengganggu tidur siangku saja!” Buaya yang lain pun ikut menyahuti dengan ketus pertanyaan si kancil “Diam kau kancil! Atau nanti kami akan memakanmu!”
Kancil menjawab “Tenang dulu hai buaya, Aku ke sini membawa pesan dari sang raja hutan. Jadi jangan dulu engkau memakanku.” Buaya-buaya itu pun penasaran dengan pesan yang dibawa oleh kancil.
“Raja hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sungai ini. Karena, raja hutan akan memberikan hadiah untuk kalian. Jadi panggillah seluruh teman-temanmu” Seru kancil kepada buaya.
Mendengar hal tersebut, buaya pun senang dan bergegas memanggil kawanannya. Buaya-buaya tersebut, kemudian berbaris rapi di permukaan sungai.
Setelah kawanan buaya itu berbaris, kancil lantas melompat sambil menghitung buaya. Namun ternyata, itu hanya siasat cerdik si kancil agar bisa menyeberangi sungai yang dipenuhi kawanan buaya.
Pesan moral dari cerita dongeng buaya dan kancil di atas adalah bagaimana kecerdikan bisa mengalahkan kekuatan.
***
2. Legenda Sangkuriang
Menurut artikel yang ditulis sejarawan Drs. Tarunasena dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, sejarah Gunung Tangkuban Perahu bermula dari cerita rakyat zaman dahulu.
Awalnya, seorang puteri raja bernama Dayang Sumbi diasingkan ke dalam hutan karena hamil di luar pernikahan. Dayang Sumbi kemudian melahirkan anak bernama Sangkuriang. Setelah dewasa, Sangkuriang pergi merantau untuk menuntut ilmu.
Sangkuriang terus berpindah dari satu pertapaan ke pertapaan lainnya hingga ia menjadi sakti. Tanpa sadar, Sangkuriang kembali ke hutan tempat ia dilahirkan dan bertemu Dayang Sumbi, ibu kandungnya. Ternyata, Dayang Sumbi memiliki kesaktian sehingga tampak awet muda seperti gadis remaja.
Sangkuriang terpesona dan jatuh hati hingga mabuk kepayang. Ia tetap tidak percaya bahwa wanita tersebut adalah ibu kandungnya meskipun Dayang Sumbi sudah menjelaskan. Sangkuriang bersikeras ingin menikahi Dayang Sumbi, namun, Dayang Sumbi meminta mas kawin khusus.
Sangkuriang harus membuat danau dan perahu dalam waktu satu malam. Untuk menjalankan tugasnya, Sangkuriang dibantu oleh Guriang Tujuh, yaitu makhluk yang tinggal di pegunungan. Semua pohon di hutan tersebut ditebang dan kini terkenal dengan nama Bukit Tunggul.
Potongan kayu tersebut digunakan untuk membendung sungai sehingga terciptalah sebuah danau. Sebatang pohon yang paling besar dibuat oleh Sangkuriang menjadi sebuah perahu. Pekerjaan Sangkuriang hampir selesai, padahal belum mencapai satu hari.
Melihat hal tersebut, Dayang Sumbi khawatir. Ia membunyikan lesung yang membangunkan ayam jantan sehingga berkokok. Sangkuriang terkejut oleh bunyi kokok ayam jantan, para Guriang Tujuh juga kabur tanpa menyelesaikan pekerjaan.
Amarah Sangkuriang meledak sehingga ia mengejar Dayang Sumbi yang berlari ketakutan. Dayang Sumbi meminta pertolongan Dewata Agung, dalam sekejap tubuhnya menghilang bersama cahaya pagi. Tempat hilangnya tersebut hingga kini dikenal sebagai Gunung Putri.
Sangkuriang marah dan kecewa karena tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi. Tak kuasa menahan amarahnya, Sangkuriang menendang perahu yang belum selesai dibuat hingga perahu terbalik.
Bentuk perahu yang terbalik itu berubah menjadi sebuah gunung yang kini dikenal dengan Gunung Tangkuban Perahu.
***