Jokowi Belum Putuskan Harga BBM, Khawatir Dampak Ekonomi
Pemerintah memberikan sinyal akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Presiden Joko Widodo pun mengatakan, keputusan tersebut bisa berdampak pada kontraksi pertumbuhan ekonomi.
"Harus dihitung juga menaikkan inflasi yang tinggi, kemudian bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi," kata Jokowi di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (23/8).
Untuk itu, Kepala Negara mengatakan, pemerintah harus memutuskan kenaikan harga BBM secara hati-hati. Pihaknya juga mengalkulasikan dampak dari kebijakan itu.
Mantan Wali Kota Solo itu tidak ingin kenaikan harga BBM berdampak pada penurunan daya beli rakyat dan konsumsi rumah tangga. "Semuanya saya suruh hitung betul sebelum diputuskan," kata Jokowi. Meski begitu, ia enggan menjawab kapan kenaikan harga BBM akan diputuskan.
Sebagaimana diketahui, kenaikan harga BBM, terutama solar diperkirakan bakal mengerek harga bahan pokok di dalam negeri. Sebab, harga solar berkontribusi sekitar 40% dari total biaya logistik di dalam negeri.
Asosiasi Logistik Indonesia atau ALI menyatakan biaya logistik secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni biaya pergudangan, logistik laut, dan logistik darat. Adapun, biaya logistik darat berkontribusi hingga 50% dari total biaya logistik nasional.
Solar bersubsidi merupakan BBM yang dipakai dalam operasional logistik darat. Adapun, BBM yang dipakai dalam operasional laut umumnya adalah marine fuel oil (MFO).
"Kalau dari sisi dampak kenaikan BBM pada distribusi melalui laut, pelaku usaha masih bisa melakukan hitung-hitungan. Tapi, kalau kenaikan BBM pada logistik darat, sudah ditegaskan jangan dinaikkan," kata Ketua Umum ALI Mahendra Rianto kepada Katadata.co.id yang dikutip Senin (22/8).
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Pertamax dan Pertalite di Indonesia di bawah harga keekonomian. Menurutnya harga BBM atau bahan bakar minyak kedua jenis ini sebenarnya Rp 15.150 dan Rp 13.150.
Itu artinya, ada selisih harga Pertamax Rp 2.650 dari harga jual eceran Rp 12.500 per liter. Selain itu, ada selisih harga Pertalite Rp 5.500 dari harga jual eceran Rp 7.650 per liter.