Ditanggung BPJS, Pasien Gagal Ginjal Akut Diobati dengan Penawar Impor
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM mendatangkan 10 vial obat penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal atau GGAKPA. Obat tersebut dinilai dapat mengikat racun tertentu dalam tubuh.
Obat tersebut telah diberikan kepada 10 pasien GGAKPA di RSCM sejak 48 jam yang lalu. Sejauh ini, manajemen RSCM menyampaikan terlihat perbaikan terhadap kondisi pasien.
"Untuk 10 pasien, kami sudah menghabiskan 2 vial untuk satu hari. Sisa vial yang ada akan habis dalam 3 hari ke depan untuk melayani pasien saat ini. Kalau ada pasien lagi, jadi nggak cukup persedian obatnya," kata Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti di RSCM, Kamis (20/10).
Walaupun menggunakan obat impor, Dina menekankan GGAKPA adalah penyakit yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Dina mengatakan, pasien GGAKPA yang dirawat di RSCM adalah anak yang telah mengonsumsi obat berbentuk sirop karena demam.
Namun demikian, Dina mengimbau agar orang tua tidak panik jika anaknya telah mengonsumsi obat berbentuk sirop. Dina menyarankan agar orang tua memperketat observasi pada anak dan meningkatkan asupan air putih.
Menurutnya, meningkatkan konsumsi air putih akan memperbesar potensi keluarnya zat-zat yang tidak diinginkan melalui urin. Selain itu, hal tersebut juga dapat meningkatkan stamina anak.
Dina mengimbau agar para orang tua segera membawa anaknya ke rumah sakit jika anak menunjukkan beberapa gejala, seperti volume urin turun dan kesadaran anak berkurang atau banyak tidur.
Sebagai informasi, perkembangan GGAKPA hingga ke stadium berat hanya membutuhkan waktu lima hari. Setelah lima hari, anak membutuhkan tindakan cuci darah dan umumnya tingkat kesembuhan akan semakin berkurang.
Dina mendata tingkat kematian dari GGAKPA mencapai 63%. Artinya, 31 dari 49 pasien yang dirawat di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo meninggal dunia.
Salah satu faktor tingginya rasio kematian GGAKPA adalah cepatnya perkembangan penyakit tersebut. Selain itu, pengobatan GGAKPA masih belum ditemukan lantaran penyebabnya sampai saat ini masih dicari.
"Yang masih dirawat 11 anak sekarang: 10 anak masih di Pediatric Intensive Care Unit dan yang satu masih di Unit Gawat Darurat karena baru masuk hari ini," kata Dina.
Dina mencatat kasus GGAKPA sebelum Agustus 2022 hanya sekitar satu pasien per bulan. Namun demikian, Dina lonjakan kasus GGAKPA terjadi mulai Agustus 2022 atau sebanyak delapan kasus.
Pasien baru GGAKPA yang dirawat di RSCM kembali melonjak menjadi 20 kasus pada September 2022. Secara bulan berjalan, total pasien GGAKPA di rumah sakit tersebut telah mencapai 12 pasien.
Dina mencatat mayoritas pasien GGAKPA yang diterima RSCM merupakan anak di bawah umur 5 tahun. Adapun, pasien GGAKPA termuda adalah 8 bulan, sementara itu usia tertua adalah 8 tahun.
Menurutnya, salah satu penyebab tingginya rasio fatalitas GGAKPA adalah lambatnya waktu deteksi. Salah satu pendorongnya adalah status RSCM sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi DKI Jakarta.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan sudah ada 206 orang terdeteksi mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia hingga 18 Oktober 2022. Dari jumlah tersebut, 99 orang atau 48 persen dinyatakan meninggal dunia.