Makna Kunjungan Jokowi bersama Pemimpin G20 ke Hutan Mangrove Bali
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama sejumlah kepala negara mengunjungi taman hutan raya (Tahura) Ngurah Rai untuk agenda menanam bakau atau mangrove Kamis (16/11). Kunjungan tersebut di sela-sela pertemuan hari kedua KTT G20.
Jokowi hadir di Tahura lebih awal dibandingkan pemimpin negara lainnya. Kedatangan Jokowi didampingi sejumlah pejabat negara seperti Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
Para pemimpin G20 nantinya akan berdiri di bangunan berbentuk elips yang menjadi tempat penanaman mangrove. Pada bagian tengah direncanakan ada serangkai mangrove Rhizhopora apiculata membentuk tulisan 'G20'.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong dalam keterangannya awal bulan ini sempat menjelaskan makna di balik agenda penanaman mangrove pagi ini. Agenda ini bertujuan untuk menunjukkan peran penting mangrove dalam isu perubahan iklim.
“Salah satu tema yang dipilih adalah transisi energi, termasuk soal lingkungan hidup. Sebagai salah satu negara dengan hutan mangrove terbesar, diharapkan agenda itu bisa menginspirasi dunia," kata Usman dalam keterangan resminya.
Indonesia belakangan menunjukkan komitmennya dalam penanganan perubahan iklim. Salah satu program yang didorong yakni transisi energi. Pemerintah juga baru saja mengumumkan memperoleh pendanaan senilai lebih dari Rp 300 triliun untuk mendukung transisi energi, salah satunya mempensiunkan PLTU batu bara.
Isu perubahan iklim menjadi salah satu tema yang diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini. Para pemimpin negara G20, termasuk selama pertemuan di tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentral, membahas terkait upaya untuk mendorong transisi menuju energi hijau.
"Agenda itu sebagai bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan hidup karena mangrove mampu menyerap karbon, memproteksi lahan, dan mencegah abrasi laut,” ujar Usman.
Secara total, Tahura Ngurah Rai memiliki luas 1.373,5 hektare, terbentang di dua daerah tingkat dua yakni Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Tahura ini memiliki 33 jenis mangrove, dengan terbanyak jenis perapat atau pidada putih yang dalam bahasa Bali. Karena itu, masyarakat lokal Bali juga menyebut lokasi ini sebagai Tahura Prapat.
Kementerian PUPR mengalokasikan dana senilai Rp 112,18 miliar untuk konstruksi kawasan Mangrove Tahura Mangrove Bali. Lingkup konstruksi proyek tersebut adalah pembangunan gerbang masuk, area drop off, area Showcase Mangrove, dan area Mangrove Information Center.
Kawasan Mangrove Tahura merupakan ekosistem yang berfungsi sebagai habitat beberapa spesies hewan laut dan burung serta dapat mencegah erosi dan abrasi pantai. Adanya polusi sampah dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove.