Apakah Gempa Cianjur Terkait Megathrust Selatan Jawa?

Yuliawati
Oleh Yuliawati
21 November 2022, 16:51
gempa cianjur
BNPB
Dampak gempa 5,6 SR di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11). Foto: BNPB

Gempa bumi dengan magnitudo 5,6 yang melanda wilayah barat daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hingga kini, gempa Cianjur menyebabkan lebih dari 20 orang meninggal dunia dan ratusan bangunan rusak.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan gempa di Cianjur termasuk gempa dangkal dan tidak terkait potensi gempa megathrust di Selatan Jawa.

"Karena gempa ini dangkal, berpotensi merusak infrastruktur, rumah, atau pemukiman, di sekitar epicenter," kata pakar tsunami BRIN Widjo Kongko dikutip dari Antara, Senin (21/11).

Wilayah Jawa Barat di bagian Selatan dan Barat Daya Sumatra menyimpan potensi gempa bumi megathrust. Meski tidak diketahui kapan gempa itu akan terjadi, Widjo mengatakan kita harus waspada terhadap ancamannya. Megathrust berpotensi menyebabkan tsunami.  "Gempa yang baru saja terjadi tidak terkait langsung dengan potensi gempa megathrust," ujar Widjo.

Widjo menuturkan gempa tersebut terkait dengan sesar-sesar di sekitar pusat gempa. Namun, masih menunggu informasi atau analisis BMKG untuk menjelaskan sesar tersebut. 

Selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar di segmen megathrust wilayah Jawa Barat. Sehingga, patut diwaspadai potensi gempa besar yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Gempa megathrust merupakan gempa yang terjadi pada zona subduksi akibat tumbukan dua lempeng tektonik. Energi yang dilepaskan oleh gempa megathrust mencapai 9,0 momen magnitudo (Mw).

Gempa-gempa berkekuatan besar yang pernah terjadi umumnya merupakan gempa megathrust, contohnya gempa dan tsunami Sumatera-Andaman pada 2004 (M 9,1) dengan korban sebanyak 227.898 jiwa berdasarkan data United States Geological Survey. Kemudian gempa Nias-Simeulue pada 2005 (M 8,6), gempa Chile pada 2010 (M 8,8), serta gempa dan tsunami Jepang pada 2011 (M 9,1).

Intensitas dari gempa megathrust mencapai skala VII Modified Mercalli Intensity (MMI) dari skala terbesar XII MMI atau masuk dalam kategori merusak sedang. Dampaknya dapat terjadi keretakan pada bangunan, kerusakan struktur ringan sampai sedang, kaca pecah, hingga bangunan roboh sebagian. Tentu saja, dampak negatif yang diakibatkan oleh gempa megathrust tidak hanya terkait kerusakan bangunan dan infrastruktur, tapi lebih jauh lagi yaitu kerugian ekonomi, lingkungan, dan korban jiwa.

Baca juga: Megathrust Selatan Jawa: Bencana Laten yang Ancam Jakarta

Di Indonesia, zona megathrust memanjang dari Andaman, pantai barat Sumatera, selatan Jawa hingga selatan Nusa Tenggara, utara Sulawesi, serta kepulauan Maluku hingga utara Papua. Mengacu pada data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dalam satu tahun terakhir (15 Maret 2017 – 15 Maret 2018), telah terjadi 180 gempa dengan kekuatan M 5,0 di Indonesia.

Sebagian besar gempa tersebut terjadi pada zona megathrust Indonesia. Dua puluh di antaranya terjadi di selatan pulau Jawa. Sementara wilayah yang paling banyak terjadi gempa adalah Papua dan Maluku dengan 94 kejadian.

Apabila dibandingkan dengan daerah lain, intensitas kejadian gempa di selatan Jawa memang tidak begitu tinggi. Meski begitu, hal tersebut jangan lantas menyebabkan kita tidak waspada.

Melihat data pola sebaran gempa BMKG periode 2008-2018, di selatan Jawa terdapat zona dengan intensitas kejadian gempa yang lebih sedikit. Artinya, pada zona tersebut masih terjadi akumulasi energi dan energi yang tersimpan belum dilepaskan seluruhnya (zona sepi gempa besar/seismic gap). Akumulasi energi tersebut dapat dilepaskan sewaktu-waktu sehingga terjadi gempa besar.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...