6 Contoh Puisi Kehidupan Sedih Karya Penyair Indonesia

Destiara Anggita Putri
29 November 2022, 11:06
Puisi Kehidupan Sedih
Freepik
Ilustrasi, ekspresi kesedihan.

Dalam menjalani kehidupan,  pasti ada masa dimana Anda merasa sedih karena suatu masalah. Daripada memendamnya, alangkah baiknya perasaan sedih ini dicurahkan ke dalam tulisan seperti puisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik, dan bait. Sedangkan menurut Heman J. Waluyo, puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran serta perasaan penyair secara imajinatif dan kemudian disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan batinnya.

Bisa dibilang, puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi rangkaian tulisan atau diksi yang saling terhubung antara satu dengan yang lainnya. Dengan menulis puisi, seseorang bisa bebas mengekspresikan perasaan terhadap suatu hal, termasuk mengenai masaah kehdiupan yang membuat sedih.

Puisi Kehidupan Sedih

Berikut ini enam contoh puisi kehidupan sedih yang diambil dari berbagai sumber. 

1. Tiada

Karya: Joko Pinurbo

Tiada pengembara yang tak merindukan sebuah rumah

Bahkan jika rumahnya hanya ada di balik iklan yang ia baca di perjalanan

Tiada rumah yang tidak merindukan seorang ibu yang murah berkah

Bahkan jika ibu tinggal ada di bingkai foto yang mulai kusam

Lebih baik punya ibu daripada punya rumah

Kata temanku yang rumahnya konon baru enam sementara sosok ibunya belum ditemukan

Ya lebih baik punya keduanya, kata saya

Dan entah mengapa air matanya leleh perlahan

2. Pacar Senja

Karya: Joko Pinurbo

Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai

Pantai sudah sepi dan tak aka nada yang peduli

Pacar senja sangat pendiam : ia senyum-senyum saja mendengar gurauan senja

Bila senja minta peluk, setengah saja, pacar senja tersipu-sipu

“Nanti saja kalau sudah gelap, malu dilihat lanskap”

Cinta seperti penyair berdarah dingin yang pandai menorehkan luka

Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya

Tak terasa senyap pun tiba : senja tahu-tahu melengos ke cakrawala

Meninggalkan pacar senja yang megap-megap oleh ciuman senja

“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat kurapikan lagi waktu? Betapa Lekas cium menjadi bekas. Betapa curangnya rindu. Awas, akan kupeluk habis kau esok hari”

Pantai telah gelap

Ada yang tak bisa lelap

Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelegak dalam gemuruh ombak

3. Baju Bulan

Karya: Joko Pinurbo

Bulan, aku mau lebaran

Aku ingin baju baru tapi tak punya uang

Ibuku entah di mana sekarang, sedangkan ayahku hanya bisa kubayangkan

Bolehkah, bulan, kupinjam bajumu barang semalam?

Bulan terharu : kok masih ada yang membutuhkan bajunya yang kuno di antara begitu banyal warna-warni baju buatan

Bulan mencopot bajunya yang keperakan

Mengenakannya pada gadis kecil yang sering ia lihat menangis di persimpangan jalan.

Bulan sendiri rela telanjang di langit

Atap paling rindang bagi yang tak berumah dan tak bisa pulang

4. Gerimis Hati 

Karya: Yazmin Aisyah

AWAN… langitku rinai

aku terpaku menyadari detik detik bermetamorfosis menjadi menit

lalu menguap menjadi jam, hari, bulan, tahun

padahal aku masih berdiri disini, sendiri, mengemas gerimis yang

kau tinggalkan

betapa cepat waktu menyublim

usia yang kian membengkak, lalu mengempis ketika tertusuk jarum

berkarat

berdarah

aku ingin berteriak pada waktu

sekali saja berhenti dinafas yang dulu, apa mungkin?

jika saja ada lorong tempatku kembali

aku ingin masa itu datang lagi

kala tubuh dan hati bersih tak bernoda

putih… hanya putih…

lalu menulisnya dengan tinta yang seluruhnya emas

WAKTU…

Jika kau punya sisa yang tak dipakai orang lain

berikanlah padaku…!!!

5. Pasung 

Karya: Rurin kurniati

tak peduli pada roda-roda masa yang berputar

dalam kelam menatap nanar

pada titik cahaya yang muncul berpendar

mata sayu -nya yang tak berdosa

menggambarkan derita tiada tara

wajah putih pucat tak berdaya

lukisan siksa nan merana

pedih

suara raungannya yang tak henti

memberitakan masa remaja yang amat nyeri

siapa peduli?

dirimukah, yang masih bermain-main dengan hari?

schizofrenia

nama manis untuk ketidakwarasannya

menghadapi sisa masa hidup dalam pasung dunia

17 Tahun usianya

siapa yang peduli?

dirimukah,Yang masih bersikap manja terlena dunia fana ?

aku berbisik lirih pada Tuhan meminta hidup waras tak terpasung

sia-sia untuk berbuat baik sepenuh usia.

6. Jejak

Karya: Efriany Susanty

pekik tangis mengangkasa dikala fajar, seketika ruh baru mengabdi

mengukir jejak dalam hitungan waktu, merayap, merangkak,

berjalan, berlari, berkelana bertemankan langit bersahabatkan bumi

jejak benih mungil kini meraja, siluet episode dimasa ranum kini

didesak waktu

terbuai mengarungi jejak yang tak berujung, hanyutkan jiwa di

lembah kepalsuan

tergelincir dalam jejak fana menikmati taman syurgawi

membutakan mata, menyongkakkan langkah, membekaskan jejak

menggulingkan waktu

jiwa membatu hati membeku, jejak tak berarah jenuh menghampiri

sukma

hati layu meronta, jiwa gamang merintih, asa pupus bersama ombak

jejak terseret arus waktu, terbias dalam syahdu gelombang

jejak hanya tinggal tangisan pengharapan tak bertuan

Editor: Agung

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...