9 Strategi Mentan Hadapi El Nino, 70% Lahan Pertanian Bisa Terdampak

Nadya Zahira
4 Juli 2023, 15:30
Sejumlah bocah melintas di area persawahan yang mengering di Desa Pajukukang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Minggu (25/6/2023).
ANTARA FOTO/Arnas Padda/foc.
Sejumlah bocah melintas di area persawahan yang mengering di Desa Pajukukang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Minggu (25/6/2023).

Fenomena El Nino berpotensi berdampak pada 70% lahan pertanian di Indonesia. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyiapkan strategi untuk meminimalisir dampak El Nino tersebut terhadap ketahanan pangan Indonesia.

Syahrul mengatakan, pemerintah berupaya untuk mengatasi dampak dari El Nino yang menyerang seluruh dunia. Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG memprediksi El Nino akan terjadi pada Semester II-2023, dan puncaknya pada Agustus 2023. 

"Dunia memang tidak sedang baik-baik saja, karena El-Nino menyerang semua dunia dan menghajar lebih dari 70% lahan-lahan pertanian yang ada. Haruskah kita menyerah? Tidak," ujar Syahrul dalam acara Forum Diskusi yang disiarkan scara daring, Selasa (4/7).

Dia mengatakan, El nino sebenarnya bukan hal yang baru. Saat menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan pada 2015, Syahrul pernah menghadapi El Nino yang lebih ekstrem.

Berikut 9 strategi Mentan hadapi El Nino:

1. Pemetaan lokasi terdampak kekeringan

Syahrul meminta agar Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia bisa mengidentifikasi lokasi yang terdampak kekeringan akibat El Nino. Lokasi tersebut kemudian dipetakan dan dikelompokkan menjadi daerah merah, kuning, dan hijau.

Syahrul mengatakan, idetifikasi daerah kekeringan tersebut diperlukan sehingga pemerintah pusat maupun daerah bisa mengantisipasi lebih cepat.

2. Percepatan tanam

Menurut Syahrul, percepatan tanam perlu dilakukan untuk mengejar sisa curah hujan. Percepatan tanam terutama dilakukan untuk daerah hijau.

3. Penyediaan alat dan mesin pertanian untuk percepatan tanam

4. Meningkatkan ketersediaan air

Syahrul mengatakan, ketersediaan air bisa ditambah dengan membangun atau memperbaiki embung, parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi.

5. Penyediaan benih tahan kekeringan dan Organisme Pengganggu Tumbuhan atau OPT

El Nino berdampak pada kekeringan lahan. Selain itu, El Nino menimbulkan iklim panas yang menyebabkan OPT tumbuh lebih subur. Benih yang tahan kekeringan dan OPT akan membantu daya tahan tanaman pangan.

6. Program 1.000 hektare adaptasi dan mitigasi dampak El Nino.

Selanjutnya, upaya keenam yang bisa dilakukan yaitu dengan mengadakan program 1000 hektar, adaptasi dan mitigasi dampak El Nino. Dengan demikian, Syahrul berharap Kepala Desa di seluruh Indonesia bisa melakukan percontohan program 1000 hektar tersebut.

7. Pengembangan pupuk organik

Syahrul mengatakan, upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan mengembangkan pupuk organik terpusat dan mandiri, "Pupuk organik harus menjadi bagian. Dan ini saya ingin ingatkan semua Kepala Desa jangan main main dengan pupuk," kata dia. 

8. Dukungan KUR dan Asuransi Pertanian

Dia menyebutkan, upaya selanjutnya yaitu dengan adanya dukungan dukungan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat atau KUR dan asuransi pertanian.

Syahrul mengatakan, asuransi pertanian saat ini memang belum diluncurkan karena masih dalam tahap pembahasan. Namun demikian, Kementerian Pertanian berupaya segera mengadakan program asuransi pertanian tersebut. 

"Daerah merah mutlak menggunakan asuransi pertanian. Asuransi itu nantinya harus bisa membayarkan sekian persen," kata dia.

9. Menyiapkan lumbung pangan hingga ke tingkat desa

Syahrul mengatakan, upaya terakhir yang bisa dilakukan yaitu dengan menyiapkan lumbung pangan sampai tingkat desa. Menurut dia, adanya lumbung sangat penting agar para petani bisa menyimpan hasil panennya, sehingga Indonesia masih memiliki stok panen saat terjadi El Nino.

Laporan Climate Change Performance Index (CCPI) menunjukkan, indeks kinerja perubahan iklim Britania Raya merupakan yang tertinggi di antara negara-negara G20 pada 2022. Skor indeksnya mencapai 73,09.

CCPI menilai indeks kinerja perubahan iklim berdasarkan beberapa kategori. Di antaranya, yakni emisi gas rumah tangga, energi terbarukan, penggunaan energi, dan kebijakan iklim.

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...