IMF Hitung Dampak Krisis Iklim di ASEAN Capai Rp 1,53 Kuadriliun/Tahun
International Monetary Fund (IMF) menghitung potensi kerugian ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN akibat ancaman krisis iklim mencapai US$ 100 miliar atau sekira Rp 1,53 kuadriliun per tahun.
Besaran tersebut dihitung dari efek bencana alam kebakaran hutan dan kenaikan permukaan air laut yang berdampak pada 190 juta penduduk atau dari 28,4% dari total warga ASEAN.
Direktur Utama IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan bahwa kenaikan suhu bumi yang terjadi saat ini merupakan ancaman serius bagi stabilitas makroekonomi dan finansial global. Ancaman krisis iklim makin nyata dan berpotensi berdampak pada ketahanan pangan, pembangunan daerah pedesaan, dan kemiskinan.
Pada bulan Juli 2023, suhu udara rata-rata global berada di angka 17,08 derajat celsius, menjadi rekor suhu tertinggi dalam sejarah sejak pencatatan suhu dilakukan pada tahun 1979 oleh Climate Change Institute.
"Kita tahu bahwa suhu meningkat dua kali lipat, lebih cepat dari rata-rata global. Dan hal ini menyebabkan kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering dan parah," Kristalina saat menyampaikan sambutan pembukaan Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Park Hyatt Jakarta pada Kamis (7/9).
Menurutnya, dampak krisis iklim di ASEAN paling rentan terjadi di Myanmar, Filipina, Vietnam dan Indonesia. Selain memicu bencana alam, krisis iklim juga menimbulkan kerugian fisik dan manusia akibat kehilangan tempat tinggal dan ancaman kehilangan sumber mata pencaharian.
"Indonesia terkena dampak parah dari bencana alam kenaikan permukaan air laut. Dan kita tahu Saat suhu naik kebakaran hutan merupakan ancaman yang semakin dramatis," ujar Kristalina.
Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut dampak krisis iklim bisa berimplikasi pada kerugian ekonomian global sebesar US$ 23 triliun atau setara Rp 352,5 kuadriliun hingga tahun 2050. Selain itu, krisis iklim bisa menyebabkan 3 juta kematian setiap tahunnya.
"Kegagalan satu negara berarti kegagalan seluruh dunia. Jadi kita harus bekerja sama, Tidak ada yang tertinggal," kata Luhut pada forum yang sama.