Top News: PDIP Merasa Ditinggal Jokowi, Rp 2,5 T Dana Asing Keluar BEI
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merasa Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta keluarganya, telah meninggalkan partai tersebut. Menurut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, pihaknya merasa sedih dan terluka.
Hasto mengatakan jajaran anak ranting, ranting, hingga struktur terbawah bahkan masih banyak yang tak mempercayai kondisi politik saat ini.
Hubungan Jokowi dengan partai dan Ketua Umum PDIP, Megawati Sukarnoputri dikabarkan merenggang. Terutama setelah Gibran Rakabuming Raka digandeng Prabowo Subianto menjadi calon wakil presiden.
Keretakan hubungan Jokowi dengan PDIP menjadi artikel terpopuler, dan masuk jajaran Top News Katadata.co.id. Selain isu mengenai hubungan Jokowi - PDIP, simak juga alasan Arsjad Rasjid berani ambil risiko dukung Ganjar - Mahfud, serta Luhut tegas tak akan mundur dari posisi Menko.
Berikut Top News.co.id:
1. PDIP Sedih: Kami Beri Privilege kepada Jokowi, Namun Ditinggalkan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengeluarkan pernyataan terkini mengenai situasi politik belakangan. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan pihaknya sedih dan terluka atas apa yang terjadi saat ini.
Hasto mengatakan jajaran anak ranting, ranting, hingga struktur terbawah bahkan masih banyak yang tak mempercayai hal ini. Hal yang dimaksud adalah perasaan ditinggalkan oleh Presiden Joko Widodo dan keluarganya.
"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Minggu (29/10).
Hasto mengatakan rasa sayang PDIP kepada Jokowi dan keluarganya diwujudkan dalam pemenangan 5 pemilihan kepala daerah dan 2 pemilihan presiden.
2. Alasan Arsjad Rasjid Berani Ambil Risiko Jadi Ketua Tim Pemenangan GM
Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud (TPN GM) Arsjad Rasjid membongkar berbagai pertimbangan untuk menerima 'tugas' sebagai Ketua TPN GM. Ia menyebutkan setidaknya ada tiga pertimbangan yang dilakukan.
Arsjad menyebutkan pertimbangan hati sebagai penapisan pertama. "Hati mesti klop dulu," kata dia dalam podcast Pergulatan Politik (Gultik) Katadata, yang tayang pada Jumat (27/10).
Setelah klop dengan hati, kata dia, barulah mempertimbangkan kecocokan dengan apa yang ingin ia kerjakan. Arsjad mengatakan, ia memiliki keinginan untuk memengaruhi perjalanan Indonesia meraih cita-cita Indonesia Emas 2045.
"Saya mengerti ekonomi dan bisnis. Sebab itu saya ingin meng-influence dari segi pemikiran untuk visi-misi dan nanti jalannya bagaimana untuk mencapai Indonesia Emas," kata dia. Selain itu, ia tidak menginginkan terjadi 'winner takes all'.