Muhammadiyah Akan Gelar Uji Publik Bagi Capres - Cawapres
Organisasi Muhammadiyah akan menggelar uji publik bagi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres). Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Muti, menyatakan sudah mendapat jawaban dari pasangan capres-cawapres terkait uji publik yang akan diselenggarakan.
Dia mengatakan, undangan sudah dikirim ke tiga kantor tim pemenangan secara bersamaan pada 9 November. Kini, ia sudah mendapat dua jawaban dari tiga pasangan capres-cawapres.
“Yang belum konfirmasi itu Pak Prabowo,” kata Abdul di Jakarta, Rabu (15/11).
Melansir laman resmi Muhammadiyah, uji publik berupa dialog ini akan dilaksanakan di tiga perguruan tinggi Muhammadiyah. Uji publik untuk pasangan Anies-Imin rencananya akan diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah, pada Rabu (22/11).
Uji publik untuk pasangan Prabowo–Gibran rencananya akan dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Selasa (21/11). Untuk pasangan Ganjar–Mahfud, akan dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kamis (23/11).
Abdul mengatakan, jadwal dan lokasi tersebut bisa berubah. Pasangan Anies-Imin sudah menyetujui jadwal dan tempat yang ditentukan.
Pasangan Ganjar–Mahfud sudah menyampaikan kesediaan hadir, namun belum ada tanggal dan lokasi pelaksanaan uji publik. Hanya Prabowo–Gibran yang belum mengonfirmasi kehadiran.
Abdul berharap jadwal uji publik jatuh sebelum periode kampanye. Pasalnya kampus Muhammadiyah sudah menyatakan tidak membuka kampus untuk kampanye.
Tujuan Uji Publik
Abdul berharap dialog publik ini bisa menjadi sarana pendidikan politik bagi masyarakat. Dia berharap Muhammadiyah juga bisa memberikan masukan bagi ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden. Tujuan ketiga yaitu agar menghidupkan suasana Pemilu yang sehat.
“Kami ingin Pemilu berlangsung fair. Kalau istilah lama, jurdil (jujur adil) kemudian luber (langsung, umum, bebas, rahasia,” katanya. “Saya kira itu bukan warisan Orde Baru yang jelek.”
Di sisi lain, Abdul tegas menyatakan tidak mengarahkan anggotanya untuk memilih salah satu pasangan calon. Menurutnya, anggota Muhammadiyah bebas memilih sesuai aspirasinya. Ia menghimbau agar pemilih tetap kritis, menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan objektif dan rasional.
Ia juga meminta agar pemilih menghindari sentimen primordial. Pasalnya, hal itu bisa mengurangi kualitas penyelenggaran Pemilu sekaligus mengancam kerukunan dan persatuan bangsa.