5 Fakta Terkait Pengungsian 1.684 Orang Rohingya di Aceh
Masyarakat Aceh menolak ribuan pengungsi etnis Rohingya yang berdatangan melalui jalur laut. Berdasarkan data pemerintah Aceh sekitar 1.684 orang Rohingya tiba di Indonesia sejak November lalu.
Salah satu warga Aceh, Ella Saptia (27) mengatakan komunitasnya bersimpati. Namun, “masih banyak orang miskin di sini,” kata Ella, dikutip dari Reuters, Selasa (12/12). Dia heran mengapa masyarakat Aceh perlu menangani ribuan warga Rohingya.
Pada November hingga April, ketika laut lebih tenang, kedatangan pengungsi cenderung meningkat. Warga Rohingya naik perahu ke negara tetangga seperti Thailand, Indonesia, dan Malaysia, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.
Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan peningkatan kedatangan Rohingya baru-baru ini disebabkan oleh perdagangan manusia. Dia juga berjanji untuk bekerja sama dengan organisasi internasional untuk menyediakan tempat tinggal sementara.
1. Ribuan Pengungsi Rohingya Tersebar di Banyak Lokasi
Pemerintah Provinsi Aceh menyebut jumlah pengungsi etnis Rohingya hingga saat ini di provinsi paling barat Indonesia itu berjumlah 1.684 orang. Pengungsi itu tersebar di delapan titik penampungan.
Ribuan pengungsi etnis Rohingya tersebut tersebar di beberapa kabupaten/kota seperti Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, dan Kota Lhokseumawe.
Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki mengatakan pemerintah daerah memberikan bantuan kemanusiaan dan lokasi penampungan sesuai Perpres Nomor 125 Tahun 2016.
Selain itu lembaga internasional seperti UNHCR, IOM, juga memberikan bantuan kemanusiaan. "Ada kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan, misalnya sanitasi, masalah MCK, kesehatan, rumah ibadah dan lain-lain," ujar Achmad Marzuki.
2. Bakal Ditampung di Satu Lokasi
UNHCR berupaya menempatkan semua pengungsi etnis Rohingya di Aceh di satu tempat penampungan untuk memudahkan penanganan.
Rencananya, UNHCR, IOM dan pemerintah daerah akan menempatkan Rohingya di satu lokasi untuk memperkecil sebaran titik penampungan Rohingya sehingga memudahkan penanganan.
Saat ini, para pengungsi Rohingya tersebut tersebar di beberapa wilayah seperti Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Bireuen.
3. Aceh Terdekat dari Myanmar
Aceh adalah wilayah Indonesia terdekat ke Myanmar. Untuk mencapai Aceh, seseorang harus berlayar sejauh 3.500 km dan mengarungi Laut Benggala dan Laut Andaman.
Sebelum mencapai Aceh, sebenarnya ada Kepulauan Andaman milik India dan pantai barat Thailand serta pantai utara Malaysia.
Indonesia sebenarnya bukan tujuan Rohingya karena tujuan utamanya adalah Australia. Namun, setelah Australia tak bisa lagi menerima pengungsi Rohingya, tujuan pengungsian pun berubah.
"Mereka larinya ke Indonesia. Maksudnya mau transit, tapi lama-lama jadi tempat tujuan pengungsian, bukan transit," kata Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, beberapa waktu lalu.
Dari berbagai laporan internasional, keadaan yang semakin buruk di tempat-tempat pengungsian Rohingya di Bangladesh, adalah faktor besar yang mendorong Rohingya mencari tempat lebih baik di negara lain.
4. Jadi Bagian Geng Kriminal
Pengungsi Rohingya mengalami situasi buruk di berbagai kamp pengungsian di Cox's Bazar, Bangladesh. Sering terjadi kekerasan antargeng kriminal di kamp-kamp pengungsi.
Menurut BBC, geng-geng penyelundup narkotika dan perdagangan manusia telah mengubah kehidupan di Cox's Bazar menjadi neraka bagi sejuta Rohingya. Mereka mengungsi ke Bangladesh pada 2017 guna menghindari penindasan yang sudah mengarah genosida di Myanmar.
Kebanyakan warga Rohingya tak memiliki identitas resmi karena pemerintah Myanmar tak mengakui mereka sebagai warga negaranya, sehingga saat mengungsi ke Bangladesh kebanyakan dari pengungsi tak memiliki dokumen resmi.
Padahal tanpa dokumen resmi, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak di Bangladesh, justru ketika mereka harus makan dan menafkahi keluarganya.
Dalam situasi sulit ini, kelompok-kelompok kriminal masuk merekrut orang-orang putus asa yang mau melakukan apa saja demi bertahan hidup. Mereka lalu dijadikan target penyelundupan narkotika dari Myanmar ke Bangladesh, dan objek perdagangan manusia.
Berdasarkan laporan BBC, sampai pertengahan Juli tahun ini sudah 48 orang terbunuh akibat kekerasan antargeng kriminal, padahal tahun lalu "baru" 40 orang.
Saat bersamaan Bangladesh mulai jenuh menampung pengungsi Rohingya.
Banyak penduduk Bangladesh yang tak lagi ingin mempertahankan Rohingya di Bangladesh.
5. Usulan Repatriasi Rohingya
Bangladesh berharap warga Rohingya dikembalikan atau repatriasi. Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Kalam Abdul Momen mendesak dunia dan kawasan terdekat Bangladesh, untuk aktif membantu warga Rohingya kembali ke Myanmar dengan selamat, aman, dan bermartabat.
Para pengungsi Rohingya sendiri masih berharap bisa kembali ke Myanmar, tetapi mereka tahu pasti pemerintah Myanmar tak akan mau menjamin keamanan dan keselamatan mereka.
Faktanya, Myanmar memang terlihat menjadi pihak yang paling tidak serius dalam masalah repatriasi Rohingya. Sayang, sikap ASEAN yang menaungi Myanmar pun tak cukup kuat dalam mendorong repatriasi Rohingya.