KCI Tunggu Keputusan Pemerintah Soal Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek
PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI telah membahas penyesuaian tarif Commuter Line Jabodetabek. Meski demikian, kenaikan tarif ini masih akan diputuskan pemerintah.
Sebagai informasi, tarif Commuter Line Jabodetabek saat ini adalah Rp 3.500 untuk 25 kilometer pertama. Sedangkan tiga lembaga telah mengkaji bahwa tarif Commuter Line Jabodetabek dapat naik menjadi Rp 5.000 per orang untuk 25 kilometer pertama.
Direktur Operasi dan Pemasaran KCI Broer Rizal mengatakan KCI telah membahas keperluan penyesuaian tarif Commuter Line. Namun Broer belum dapat memastikan apakah penyesuaian tarif tersebut dapat dilakukan tahun ini atau tidak.
"Usulan pembahasan penyesuaian tarif sudah dilakukan pada waktu-waktu kemarin. Namun penyesuaian tarif ini diputuskan oleh pemerintah," kata Broer di Jakarta Pusat, Selasa (23/4).
Broer mengaku KCI telah merencanakan penyesuaian tarif Commuter Line Jabodetabek. Akan tetapi, KCI dalam hal ini hanya menjadi eksekutor kebijakan yang menjadi keputusan pemerintah.
Untuk diketahui, KCI membutuhkan dana hingga Rp 14.981 per orang untuk dapat mengoperasikan KRL. Adapun, subsidi berupa public serice obligation (PSO) yang diberikan per penumpang adalah Rp 11.981 per orang dengan perhitungan tarif saat ini.
Berdasarkan data KCI, nilai PSO yang diberikan pemerintah mencapai Rp 1,99 triliun pada 2021 atau naik 28,3% dari realisasi 2020 senilai Rp 1,55 triliun. Capaian itu juga naik 57,81% jika dibandingkan dengan PSO pada 2017 senilai Rp 1,26 triliun.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan telah melakukan kajian Kemampuan dan Kemauan Membayar atau ATP-WTP pada 2021. Studi itu menemukan rata-rata kemampuan bayar atau ATP konsumen commuter line mencapai Rp 8.486 per orang, sedangkan kemauan membayar atau WTP senilai Rp 4.625 per orang.
Selain Kemenhub, ada dua studi ATP-WTP yang dilakukan terkait tarif kereta commuter line yang dipublikasikan pada awal 2022, yakni oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub).
Ketiga survei tersebut menunjukkan penumpang kereta commuter line mau dan memiliki kemampuan membayar tarif di atas Rp 5.000 per orang untuk 25 kilometer pertama.
Studi ATP-WTP Balitbanghub menunjukkan ATP pada 25 kilometer pertama adalah Rp 4.988, sedangkan WTP mencapai Rp 5.400. Metode perhitungan ATP-WTP yang dipilih Balitbanghub adalah menghubungkan antara pendapatan pengguna KRL dengan pengeluaran transportasi.
Terakhir, studi ATP-WTP yang dilakukan YLKI menunjukkan KCI memiliki ruang untuk menaikkan tarif senilai Rp 2.000 pada 25 kilometer pertama menjadi Rp 5.000. Implikasi dari penyesuaian tarif itu adalah terkikisnya jumlah penumpang KCI sebanyak 3%.
Namun, sebanyak 95,5% penumpang KRL menyatakan akan tetap menggunakan KRL jika terjadi kenaikan tarif. Secara rinci, ATP hasil studi YLKI adalah Rp 5.156 untuk 25 kilometer pertama.