Penularan DBD Makin Ganas, Kemenkes Jelaskan Penyebabnya
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan adanya pergeseran musim hujan dan perubahan pola iklim menjadi faktor utama yang memengaruhi peningkatan jumlah kasus positif dan kematian akibat Demam Berdarah atau DBD pada tahun 2024.
Kemenkes melaporkan total kasus positif DBD tahun 2024 sampai dengan pekan ke-16 atau 15 hingga 21 April 2024 sejumlah 76.132 kasus. Adapun jumlah kematian mencapai 540 jiwa.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menguraikan bahwa peningkatan jumlah kasus positif dan kematian akibat DBD dipicu oleh efek akibat siklus cuaca kering El Nino.
Fenomema tersebut menyebabkan adanya pergeseran musim hujan dan perubahan pola iklim. Nadia menjelaskan, faktor alam tersebut tidak ditanggapi secara serius oleh masyarakat yang kurang aktif dalam memberantas nyamuk dan menggalakkan 3M (menguras, mengubur, menutup sumber air).
"Tentunya faktor lingkungan tadi akan mempengaruhi siklus hidup nyamuk," kata Nadia lewat pesan singkat kepada Katadata.co.id Jumat (26/4).
Nadia mengatakan jumlah kasus dan kematian akibat DBD tahun ini lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun lalu. “Pada periode yang sama di minggu 16 tahun 2023 jumlah kasus DBD sebanyak 25.050 kasus dengan kematian sebanyak 180 kematian,” ujarnya.
Kabupaten Tangerang menjadi wilayah dengan kasus tertinggi positif DBD dengan 2.540 kasus. Disusul oleh Kota Bandung dengan 1.741 kasus dan Kota Bogor sejumlah 1.547 kasus. Sementara urutan keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh Kabupaten Bandung Barat dengan 1.422 kasus dan Kabupaten Lebak 1.326 kasus.
Adapun daerah dengan tingkat kematian akibat DBD paling tinggi berada di Kabupaten Bandung dengan 25 korban jiwa. Posisi nomor dua dan tiga ditempati oleh Kabupaten Jepara dengan 21 kematian dan Kabupaten Subang dengan 18 kematian. Disusul daerah Kendal dengan 16 kematian dan Kota Bekasi 15 kematian.