Catat Rekor MURI, Ribuan Peserta Ikut Meditasi Akbar Atasi Kesehatan Mental
Sebanyak 2.016 peserta hadir dalam meditasi akbar bertajuk Temu Wicara Bedah Karma Indonesia di Jakarta Convention Center pada Sabtu (14/12). Acara ini mencatatkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Temu Wicara dan Meditasi Renungan Jiwa dengan Peserta Terbanyak.”
Acara tersebut diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan sejumlah negara, menjadikannya salah satu kegiatan meditasi terbesar di tanah air. Guru meditasi sekaligus pendiri Yayasan Cinta Kasih, Arsaningsih, mengatakan meditasi memberikan solusi dalam kesehatan mental dengan mengajak masyarakat untuk berkesadaran dalam mengolah rasa.
"Seringkali, kita mengabaikan masalah dalam diri sendiri, padahal itu justru sumber dari ketidaknyamanan yang kita rasakan,” kata perempuan yang kerap dipanggil Bunda Arsaningsih tersebut di tengah acara.
World Health Organization (WHO) mencatat sebanyak 1 dari 8 orang di seluruh dunia memiliki masalah kesehatan jiwa, dengan 15% di antaranya merupakan usia kerja. Di dalam negeri, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dari Kemenkes RI mencatat 2% penduduk usia di atas 15 tahun atau golongan remaja di Indonesia memiliki gangguan jiwa, serta 1,4% penduduk di usia tersebut mengalami depresi. Namun, hanya 12,7% dari jumlah tersebut yang berobat.
Dengan prevalensi yang cukup tinggi ini, isu kesehatan mental merupakan sebuah isu nasional yang bisa mengganggu produktivitas dari para pekerja di dalam negeri. Atas hal tersebut, meditasi ditawarkan menjadi salah satu cara untuk meredakan tekanan stres dan menurunkan risiko terjadinya gangguan kesehatan mental.
Bunda Arsaningsih menawarkan meditasi dengan pendekatan Bedah Karma, untuk memahami konsep karma atau takdir, serta mengenal jati diri dan realitas kehidupan saat ini. Karma diyakini sebagai bagian dari proses kehidupan seseorang dalam interaksi sosial.
Meditasi kemudian dipandu Bunda Arsaningsih dengan metode Soul Reflection. Metode ini menitikberatkan pada pengenalan energi dalam diri.
“Semua ini berdasarkan hukum energi. Energi negatif bisa dibersihkan dengan energi yang lebih besar,” tutur Bunda Arsaningsih.
Ia menjelaskan, proses meditasi ini tidak langsung dilakukan begitu saja, tetapi diawali dengan edukasi tentang bagaimana energi bekerja dan mengapa kita perlu mengenal masalah dalam diri. Melalui Soul Reflection, peserta diajak untuk memahami sebab-akibat (karma) dari emosi yang dirasakan. Proses ini membantu mereka mengidentifikasi pola energi negatif, lalu menggantinya dengan energi positif lewat keterhubungan dengan Tuhan.
“Dengan meditasi Soul Reflection bersama-sama, kita berkontribusi memberikan pelayanan energi lewat pemurnian dan pembersihan rekaman buruk di Indonesia,” kata dia.
Saat proses meditasi berlangsung, Bunda Arsaningsih mengukur radiasi rekaman buruk di Indonesia seperti peperangan, keinginan berkuasa selamanya, keserakahan, hingga hukum yang tak adil.
Lewat meditasi Soul Reflection yang dipandu Bunda Arsaningsih, ribuan peserta diajak membersihkan rekaman buruk tersebut. "Dengan mengikuti meditasi Soul Reflection bersama-sama, kita bisa berkontribusi memberikan pelayanan mengubah energi lewat pemurnian dan pembersihan rekaman buruk di Indonesia," kata Bunda Arsaningsih.
Perubahan pola energi masa lalu bangsa Indonesia dipercaya akan berdampak positif terhadap kesehatan mental, emosional dan spiritual masyarakat. Setelah pembersihan dari pola energi atau rekaman buruk ini, Bunda Arsaningsih juga mengajak peserta memetakan pola energi Indonesia yang baik sebagai negara damai, sejahtera, makmur dan berkelimpahan.
Para peserta yang mengikuti acara ini berasal dari berbagai daerah, terutama di Jabodetabek. Yolanda Fanny (26) merupakan salah satunya, yang datang dari Tangerang Selatan.
“Ini sangat menarik, ramai, dan besar sekali acaranya. Terlebih karena ini adalah pertama kalinya aku ikut acara meditasi secara langsung,” kata Yolanda, di acara yang sama.
Ia mengaku menemukan informasi tentang gelaran acara ini karena sedang dalam upaya untuk mencari jalan keluar dari perasaan tertekannya. Fanny merasa tekanan yang dirasakannya masih di tahap yang tidak begitu serius, tetapi ia ingin keluar dari perasaan tersebut sebelum semakin tenggelam di dalamnya.
“Aku mencari-cari dan memang banyak teman yang rekomendasikan meditasi. Aku coba-coba di YouTube Bunda Arsaningsih, lalu ketemulah info acara Bedah Karma di media sosial instagramnya,” tuturnya.
Usai mengikuti meditasi, ia mengaku menemukan perspektif dan cara baru dalam meregulasi emosi. Walau tak menyembuhkan secara instan, tetapi ia merasa bahwa teknik meditasi tersebut bisa membuatnya meregulasikan emosi dan tak mudah berpikir negatif.
“Seperti misalnya, mungkin aku jadi bisa lebih menggali dan memberi waktu untuk mengenal emosi apa yang aku rasakan,” tuturnya.
Selain dilakukan bersama-sama, ia tertarik untuk rutin mempraktikannya di rumah saat senggang.