Prasasti Beri Catatan Perbaikan Agar MBG Lebih Efektif Menekan Angka Stunting
Prasasti Center for Policy Studies menilai program makan bergizi gratis (MBG) belum sepenuhnya efektif dalam menekan angka stunting nasional. Meski begitu, Prasasti menilai dampak nyata dari program penurunan stunting baru dapat diukur setelah pelaksanaannya mencapai sekitar tiga tahun.
Prasasti dalam kajian berjudul Evaluasi Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran menjelaskan bahwa MBG masih berfokus pada pemberian makanan bagi anak sekolah. Sementara fase paling penting dalam pencegahan stunting terjadi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sejak masa kehamilan hingga anak berusia sekitar dua tahun.
Direktur Riset Prasasti, Gundy Cahyadi, mengatakan perlu adanya tinjauan mengenai pendekatan dan target yang digunakan untuk mencapai tujuan penurunan stunting.
“Apakah ada target-target tertentu yang mungkin lebih baik untuk bisa meningkatkan lebih efektif program dalam membantu prevelensi stunting,” kata Gundy dalam konferensi pers di Jakarta Selatan pada Senin (20/10).
Prasasti mencatat fokus sasaran penerima MBG saat ini tidak menjangkau kelompok paling rentan kekurangan nutrisi dan yang paling membutuhkan intervensi gizi. Prevalensi stunting secara nasional tercatat menurun dalam satu tahun terakhir. Namun, beberapa provinsi masih menunjukkan angka kasus di atas 30%.
Agar MBG berjalan efektif, Prasasti merekomendasikan agar pemerintah menggeser atau fokus target penerima makan gratis kepada anak dalam kategori 1.000 HPK dan ibu hamil. Evaluasi distibusi ini diharapkan dapat diberikan sejak dini dan lebih tepat sasaran.
“Mungkin harus mulai dari waktu ibu itu hamil. Jadi dari kandungan apakah bisa dibantu nutrisinya. Perlu adanya evaluasi tentang beberapa program, termasuk program MBG ini yang saat ini berjalan,” ujar Gundy.
Prasasti juga menyarankan pelaksanaan program dilakukan secara kolaboratif dengan posyandu dan klinik daerah yang memiliki jaringan langsung dengan masyarakat di tingkat akar rumput.
Selain memprioritaskan sasaran penerima, pemerintah juga diminta memperkuat sistem pengawasan dan monitoring program, terutama terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan mitra penyedia makanan.
Pengawasan ini dianggap penting untuk memantau mutu, keamanan pangan, serta transparansi pelaksanaan program di berbagai daerah. Prasasti mendorong pemerintah untuk mengembangkan sistem pemantauan yang mampu mengukur dampak MBG terhadap penurunan stunting dan peningkatan prestasi belajar siswa.
Penilaian laporan ini disusun berdasarkan kajian terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025.
Prasasti melakukan penilaian terhadap 33 program utama pemerintah, yang mencakup 8 Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), 17 Program Prioritas (PP), dan 8 Asta Cita (AC).
Metodologi riset dilakukan dengan menyesuaikan indikator kinerja utama (KPI) tiap program terhadap data sekunder dari berbagai sumber, termasuk Badan Pusat Statistik (BPS), laporan kementerian, badan pemerintah, dan publikasi media.
Setiap program diklasifikasikan dalam lima kategori penilaian: significant gaps (perlu perhatian serius), developing (perlu perbaikan), acceptable (cukup baik), on track (baik), dan exceeds expectations (melampaui ekspektasi).
Prasasti Center for Policy Studies merupakan lembaga kajian non pemerintah yang didirikan oleh sejumlah orang, di antaranya Hashim Djojohadikusumo dan Burhanuddin Abdullah.
