Untung-Rugi Penerapan Satu Tarif di Tol JORR
Rencana integrasi tarif di jalan tol lingkar luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/JORR) memicu pro-kontra. Di tengah pro-kontra itu sebenarnya ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh, terutama bagi pengguna jarak jauh. Di sisi lain, juga ada kerugian bagi pengendara jarak dekat.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan pengintegrasian ini memang memprioritaskan kendaraan logistik dan yang berjarak jauh. “Supaya jalan tol lebih efektif,” kata Herry kepada Katadata.co.id, Kamis (14/6).
Integrasi mencakup Seksi W1 (Penjaringan-Kebon Jeruk), Seksi W2 Utara (Kebon Jeruk-Ulujami), Seksi W2 Selatan (Ulujami-Pondok Pinang), Seksi S (Pondok Pinang-Taman Mini), Seksi E1 (Taman Mini-Cikunir), Seksi E2 (Cikunir-Cakung), Seksi E3 (Cakung-Rorotan), Jalan Tol Akses Tanjung Priok Seksi E-1, E-2, E-2A, NS (Rorotan-Kebon Bawang). Kemudian Jalan Tol Pondok Aren-Bintaro Viaduct-Ulujami.
Tarif tol juga berubah. Untuk golongan 1 tarifnya sebesaf Rp 15.000, golongan 2 dan 3 terkena tarif Rp 22.500, kemudian golongan 4 dan 5 tarifnya Rp 30.000. Sebelumnya, tarif untuk golongan I Rp 9.500, golongan II Rp 11.500, golongan III Rp 15.500, golongan IV, Rp 19.000, dan golongan V Rp 23.000.
Perhitungan tarif itu mengacu Average Traffic Line (ATL) di tol JORR yang sebesar Rp 900 per kilometer dalam penggunaan sepanjang 17 kilometer. Aturannya tertuang dalam Surat Keputusan No. 382/KPTS/M/2018, tentang penetapan golongan jenis kendaraan bermotor, tarif, dan sistem pengumpulan tol secara integrasi pada Jalan Tol JORR.
Aturan itu diedarkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tanggal 5 Juni 2018. “Keputusan ini dilakukan untuk penyederhanaan sistem pembayaran dan penyederhanaan tarif,” ujar Herry.
Dengan integrasi ini, pengguna jarak jauh akan menikmati keuntungan karena akan mendapatkan harga murah. Sebelumnya jika melewati tol JORR dan akses Tanjung Priok, maka akan dikenakan dua kali bayar. Perinciannya. Tol JORR sekitar Rp 9.500 dan akses Tanjung Priok sebesar Rp 15.000. Kini hanya Rp 15.000.
Akan tetapi, pengguna jalur pendek seperti JORR W2 Utara rute Kebon Jeruk-Ulunami, akan mengalami rugi. Alasannya, dulu hanya membayar Rp 9.500, ketika diintegrasikan harus membayar Rp 15.000.
Herry mengatakan adanya integrasi bisa membuat pengendara mobil dengan jarak tempuh pendek tidak akan menggunakan tol. Alhasil, porsi penggunaan jalan tol dan jalan nontol JORR akan bergeser.
Namun, integrasi ini juga akan mengefisiensikan waktu tempuh dan distribusi arus lalu lintas karena integrasi itu membuat transaksi hanya dilakukan sekali. Sebagai contoh adalah tujuan SS Penjaringan dan Kebon Bawang, maupun arah sebaliknya.
(Baca: Jasa Marga Akan Jual Saham Jalan Tol Semarang-Solo dan JORR W1)
Sebelum integrasi, perjalanan menuju SS Penjaringan dan Kebon Bawang itu harus melakukan transaksi sebanyak dua kali transaksi. Ini tidak praktis dan menyebabkan antrian kendaraan.