Survei: Banyak Perempuan Ingin Berwirausaha, 83% Butuh Kursus Online

Image title
Oleh Ekarina
27 November 2020, 19:00
Perempuan, Bisnis, Wirausaha, Pengusaha, Google, Survey, Pandemi Corona, Covid-19.
ANTARA FOTO/Moch Asim/foc.
Ilustrasi murid SMK unjuk kebolehan dalam merias saat Pameran Sekolah "Double Track" di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/10/2020). Pameran tersebut menampilkan bidang keterampilan tertentu dari program sekolah "double track" seperti tata boga, tata busana dan kecantikan guna menyiapkan lulusan SMA siap bekerja atau berwirausaha secara mandiri.

Tingkat partisipasi perempuan Indonesia di bidang kewirausahaan tertinggi di Asia Tenggara. Meski begitu, para wirausaha perempuan masih menghadapi tantangan berupa kurangnya jaringan bisnis dan keterampilan pemasaran.

Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil survei Google bersama Kantar  bertajuk Advancing Women in Entrepreneurship. Google mensurvei 990 responden perempuan dan 510 laki-laki pada Januari-Februari 2020 tentang alasan mereka memilih untuk bekerja serta hal yang penting bagi mereka saat mencari pekerjaan.

Penelitian ini menemukan 49% perempuan menyatakan diri sebagai pewirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri saat ini. Sedangkan 45% berkata baru ingin berwirausaha. Dari sisi laki-laki, 61% dari mereka berkata sudah menjadi pewirausaha dan 34% menyatakan ingin berwirausaha.

Bagi perempuan yang baru memulai berwirausaha, tantangan terbesar yang dihadapi berupa kurangnya rasa percaya diri, ketakutan akan kegagalan, dan pemahaman tentang cara memulai usaha. Alhasil, 59% wirausaha perempuan saat ini mengatakan bahwa akses ke kelompok sosial yang suportif perlu diperbaiki.

“Menciptakan dan mendukung kesempatan berjejaring untuk menghubungkan perempuan dengan orang-orang lain yang sepemikiran akan membantu mengurangi kebingungan mengenai cara memulai bisnis sendiri,” kata  Marketing Director, Google Indonesia, Veronica Utami dalam siaran pers, Jumat (27/11).

Meski demikian, minat perempuan dalam meningkatkan keterampilan bisnis cukup tinggi. Delapan dari 10 perempuan yang sudah atau baru ingin berwirausaha di Indonesia mengungkapkan ingin meningkatkan keterampilan dalam berbisnis. Contohnya, keterampilan pengelolaan uang, keterampilan digital, dan sebagainya.

Selain itu, 83% perempuan menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online guna meningkatkan keterampilan tambahan serta mendukung kesuksesan usaha. Ini merupakan angka tertinggi yang tercatat di Asia Tenggara.

Di kawasan ini, pengguna internet perempuan bisa menghabiskan rata-rata 5,5 jam sehari untuk online. Yang mana 85% di antaranya menggunakan ponsel untuk mengakses internet.

“Ada peluang menggunakan pelatihan online sebagai cara memenuhi keinginan belajar keterampilan tambahan dan mendukung kesuksesan para wirausaha perempuan,” kata Veronica

Oleh karena itu, maraknya pelatihan online selama pandemi ditambah dengan minat tinggi perempuan mengikuti pelatihan, memberikan kesempatan bagi Google, untuk mengajak perempuan Indonesia berbagi ilmu dan berjejaring online melalui program Women Will. 

“Melalui Women Will, kami ingin membangun komunitas perempuan yang merasa cukup percaya diri dalam berwirausaha untuk membantu menopang dan mencukupi kebutuhan keluarga, yang kita tahu sangatlah penting bagi perempuan Indonesia,” ujarnya.

Stigma Wirausaha Perempuan

Kendati angka partisipasi perempuan dalam bidang kewirausahaan di Indonesia cukup tinggi, berbagai stigma masih melekat pada sosok ini. 

Perempuan masih dianggap seharusnya berfokus  mengurus rumah tangga, seiring dengan rendahnya penerimaan secara budaya terhadap ibu yang bekerja purnawaktu.

Perempuan lebih dinilai lebih memungkinkan menjalankan peran tersebut daripada laki-laki. Hal ini ditunjukkan dari jawaban survei, sebanyak 52% perempuan percaya seharusnya boleh bekerja purna waktu setelah menjadi ibu, sementara laki-laki yang setuju hanya 41%.

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Tanggung jawab mengasuh anak masih diberikan kepada perempuan tetapi jumlah perempuan yang merasa bahwa tugas itu hanya tanggung jawab mereka saja telah turun menjadi 60%, dari 80% pada 2017. 

Sedangkan laki-laki telah menunjukkan perkembangan, dengan menjawab 21% dari mereka menjawa memikul tanggung jawab pengasuhan anak, dibanding 6% pada 2017.

Namun, ketimpangan terlihat lebih jelas dalam hal pekerjaan rumah tangga. Sebanyak 67% perempuan berkata mereka memikul tanggung jawab utama. Sementara itu, hanya ada 24% laki-laki yang mengatakan pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab mereka.

Perempuan menghabiskan 3,1 jam per hari untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, dibandingkan 2,5 jam untuk laki-laki. Dengan kata lain, ada selisih sebesar 24%.

Tingkat kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di Indonesia dalam berwirausaha termasuk paling tinggi di kawasan Asia pasifik, sebagaimana yang terungkap dalam laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2019.

Dari laporan tersebut, rasio kegiatan wirausaha antargender di Indonesia tercatat sebesar 1,01, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 0,69. 

Rasio kesetaraan kegiatan wirausaha Indonesia mencetak peringkat pertama di kawasan Asia Pasifik dan peringkat kedua dari 48 negara yang disurvei. Persentase perempuan yang berkegiatan wirausaha sebanyak 14,1% dari total penduduk dewasa perempuan.

Sementara persentase laki-laki yang melakukan kegiatan wirausaha sebanyak 14% dari total penduduk dewasa laki-laki.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...