Nikon Tutup di Indonesia, Layanan Purna Jual Tetap Beroperasi
PT Nikon Indonesia resmi menghentikan bisnisnya di Indonesia hari ini. Namun, penjualan produk baru dan layanan purna jual (after sales service) bakal tetap berjalan di bawah distributor resmi, PT Alta Nikindo.
Direktur Alta Nikindo, Larry Handra mengatakan tutupnya PT Nikon Indonesia tak serta merta membuat bisnis dan penjualan produk kamera Nikon terhenti. Pasalnya, selama ini Nikon Indonesia hanya menangani kegiatan terkait marketing branding.
Dengan tidak beroperasinya Nikon Indonesia, maka segala aktivitas penjualan, marketing branding hingga layanan servis diintegrasikan melalui PT Alta Nikindo. "Marketing branding termasuk seminar, workshop dan komunitas official fotografer nantinya kami yang menangani," kata Larry kepada Katadata.co.id.
Dia mengatakan tak mengetahui pasti alasan penutupan karena merupakan wewenang langsung kantor pusat Nikon Corporation, Jepang. Pihaknya juga membantah, tutupnya Nikon Indonesia terkait dugaan kalah bersaing dengan membanjirnya produk smartphone berfitur kamera canggih.
"Tiap produk memilki market yang berbeda-beda. Nikon sendiri memiliki pasar kalangan profesional dan akan mulai menyasar pasar non-profesional dengan varian kamera mirror less," kata Larry.
Ada dua produk yang akan diluncurkan November dan Desember nanti, yaitu Nikon Z6 II dan Z7 II. Khusus untuk Nikon Z6 II merupakan jenis kamera multimedia sekaligus untuk menyaingi dominasi smartphone.
Kamera ini tak hanya dilengkapi fitur fotografi, tetapi juga fitur video sehingga bisa digunakan untuk membuat konten Youtube, sebagaimana yang sedang ramai saat ini.
Nikon perusahaan multinasional berbasis di Tokyo, Jepang berdiri pada 1917 dengan nama Nippon Kogaku. Perusahaan yang awalnya bergerak di bidang optik serta pencitraan kemudian berganti nama menjadi Nikon Corporation setelah mengembangkan kamera saku pada 1988.
Beberapa lini produk Nikon yang terkenal antara lain lensa pencitraan Nikkor (untuk kamera F-mount, fotografi format besar, pembesar fotografi, dan aplikasi lainnya), kamera SLR film 35 mm seri F Nikon, kamera SLR digital seri-D, kamera digital saku seri Coolpix, dan kamera film bawah air seri Nikonos.
Pesaing utama Nikon dalam produksi kamera dan lensa antara lain yakni Canon, Sony, Fujifilm, Panasonic, Pentax, dan Olympus.
Tumbangnya Olympus dan Kodak
Disrupsi teknologi digital dan berkembangan fitur smartphone yang kian canggih sebelumnya juga menggilas pelopor produk kamera asal Jepang, Olympus Corporation. Perusahaan menjual divisi bisnis kameranya setelah 84 tahun eksis.
Pabrikan ini menjual divisi kamera kepada perusahaan ekuitas swasta, Japan Industrial Partners Inc. Alasan penjualan divisi tersebut dikarenakan bisnis kamera terus menyusut selama satu dekade terakhir. Alhasil, 5,5% pendapatan untuk tahun fiskal perseroan turun dan menyebabkan kerugian operasional selama tiga tahun terakhir.
Peralatan medis seperti endoskopi sekarang mengisi kekosongan penjualan Olympus dan berkontrubusi sekitar empat perlima dari total penjualan tahunan.
"Strategi pemangkasan biaya untuk mengatasi pasar kamera digital yang terpukul parah, antara lain karena penyusutan pasar dan evolusi smartphone," tulis Olympus dikutip dari Bloomberg, Kamis (26/6).
Nasib nahas juga dialami produsen kamera dan produk film fotografi, Eastment Kodak Corporation. Bisnis kamera dan film Kodak tumbang karena dinilai minim inovasi dan tak mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Alhasil, pada 2012 Kodak dinyatakan bangkrut. Padahal, Kodak sempat mengalami masa kejayaan pada 2001 dengan pasar film kamera yang dikuasai sebesar 35%. Pasar Kodak merosot menjadi 15% pada 2003 dan 7% pada 2010 akibat salah saing dengan proudusen seperti Canon, Nikon dan lainnya.