Cek Data: Benarkah Indonesia Jatuh Miskin pada 2023?

Reza Pahlevi
20 Oktober 2022, 09:46
resesi ekonomi, ekonomi indonesia
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Suasana proyek pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Selatan.

Sejumlah lembaga telah memproyeksikan terjadinya resesi ekonomi dunia pada 2023. Sebagai salah satu negara yang memiliki koneksi dengan perekonomian global, Indonesia dapat terkena imbas perlambatan ekonomi. Namun apakah Indonesia bakal ikut terseret dalam resesi pada tahun depan?

Narasi mengenai gelapnya ekonomi Indonesia pada tahun depan mulai bermunculan. Salah satunya adalah video CEO Ternak Uang Raymond Chin di Youtube berjudul “2023: Menuju KEHANCURAN DUNIA“ yang tayang pada 3 Oktober 2022. Hingga Senin, 17 Oktober, video ini sudah mendulang lebih dari 3,8 juta tayangan.

Dalam video tersebut, Raymond mengingatkan penonton tentang ekonomi yang diprediksi penuh krisis pada 2023. “Kalau kalian nonton video ini sekarang, kalian bakal jadi minoritas yang bakal punya waktu buat persiapan. Biar kalian gak jatuh miskin tahun depan,” kata dia.

Kontroversi:

Raymond memaparkan beberapa hal yang dia anggap membawa dunia ke situasi krisis.

Pertama, pembatasan mobilitas selama pandemi menyebabkan perputaran uang dunia berhenti. “Bisnis gak dapet customer, kita gak bisa keluar untuk spend uang,” ujarnya. 

Kedua, negara-negara berupaya memutar ekonomi di tengah pandemi. Contohnya Amerika Serikat (AS) yang mencetak uang besar-besaran sebagai stimulus, “Amerika print uang kayak orang gila!”

Ketiga, mencetak uang besar-besaran membuat perputaran uang melebihi suplai barang hingga inflasi tidak terhindarkan. Pasokan uang membuat biaya investasi aset berisiko tinggi lebih besar.

Keempat, inflasi menyebabkan banyak negara melakukan pengetatan dengan meningkatkan suku bunga. Kebijakan ini menyebabkan investor beralih dari aset berisiko tinggi seperti saham perusahaan teknologi.

Kelima, perang Ukraina-Rusia menyebabkan krisis energi dan pangan, termasuk negara-negara Eropa yang selama ini bergantung dari pasokan energi Rusia.

Keenam, Raymond khawatir krisis merembet ke krisis perumahan. Dia mengambil contoh gagalnya raksasa properti Cina Evergrande dan pecahnya gelembung perumahan di AS pada 2007-2008.

Kondisi-kondisi ini yang membuat Raymond mengingatkan penonton untuk memiliki dana cadangan, mengurangi konsumsi, serta pekerjaan sampingan. Semata-mata untuk menjaga diri dari “kehancuran dunia” pada 2023.

Fakta:

Masalahnya, contoh yang dibahas dalam video Raymond adalah kebanyakan berasal dari AS atau negara-negara Eropa yang kondisinya tidak sama dengan Indonesia.

Raymond memang menyebut Indonesia sebagai salah satu negara yang cukup resilien (tangguh) dibanding negara-negara lain. Akan tetapi, peringatannya kepada penonton supaya “tidak jatuh miskin” dan membatasi konsumsi, menyiratkan Indonesia juga berpotensi jatuh dalam krisis.

Dalam 30 tahun terakhir, Indonesia hanya dua kali masuk dalam periode resesi ekonomi. Yakni ketika krisis finansial Asia 1998 dan pandemi Covid-19 pada 2021.

Indonesia tidak mengalami resesi ketika krisis 2008 dan krisis 2015. Dampak yang dirasakan ketika itu adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat atau turun dari tahun sebelumnya.

Klaim-klaim yang disajikan Raymond pun tidak sepenuhnya benar. 

Pertama, soal AS yang mencetak uang “kayak orang gila”. Aset bank sentral AS memang meningkat dari sekitar US$4 triliun dari periode 2014-2020 menjadi sekitar US$9 triliun pada 2022. Akan tetapi, kebanyakan aset ini ada dalam bentuk surat utang yang dibeli the Fed dari bank-bank AS.

Kemudian pencetakan uang kertas memang meningkat jika dibandingkan dengan 2019-2020. Namun jumlahnya tidak lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya dalam satu dekade terakhir.

Kedua, perang Rusia-Ukraina memang berdampak terhadap krisis energi dan pangan. Akan tetapi, harga bahan pangan mulai terkendali. Harga gandum, misalnya, sudah mulai turun meski belum ke level pra-2022. 

Infografik_Harga Mi Instan Naik 3 Kali Lipat
Infografik_Harga Mi Instan Naik 3 Kali Lipat (Katadata/ Nurfathi)

Indonesia justru diuntungkan oleh krisis energi di Eropa karena harga komoditas batu bara meningkat. Indonesia adalah salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia. Meski defisit minyak dan gas, Indonesia mendapat untung besar dari perdagangan batu bara.  

Pada kuartal II-2022, ekspor batu bara Indonesia mencapai US$13,55 miliar. Nilai ekspor ini melonjak 155% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Ketiga, gagalnya Evergrande bukan disebabkan gagal bayar nasabah KPR. Kegagalan Evergrande sebagian besar akibat ekspansi besar-besaran yang membuatnya berutang lebih dari US$300 miliar dan tidak dapat membayarnya.

Lantas, apakah Indonesia berpotensi resesi? Ada potensi terkena dampak resesi yang terjadi di sejumlah negara, tetapi tidak semenyeramkan seperti yang dibayangkan di video tersebut

Jika mengutip lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti Asian Development Bank (ADB) yang memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% pada tahun depan. Bank Dunia memperkirakan tumbuh 5,3%, dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan tumbuh 5,2%.

Ekonom Universitas Indonesia sekaligus mantan Menteri Keuangan Chatib Basri juga mengatakan hal yang sama. “Perkiraan saya ekonomi Indonesia akan melambat dan  ketidakpastian tinggi. Namun Indonesia tak akan mengalami resesi. Yang terjadi adalah perlambatan ekonomi,” katanya lewat akun Twitter @ChatibBasri pada Rabu, 12 Oktober.

Salah satu alasan Indonesia lebih resilien ketika krisis terjadi adalah besarnya komponen konsumsi rumah tangga dalam produk domestik bruto (PDB). Pada 2021, komponen ini mencapai 54,42% dari PDB.

Peringatan atau anjuran untuk mengurangi konsumsi, pengeluaran tidak penting, dan lain-lain justru dapat menjadi alasan Indonesia malah masuk jurang resesi. Resesi juga bersifat self-fulfilling prophecy, di mana resesi dapat terjadi jika cukup banyak orang berpikiran seperti itu. 

Dengan karakter ekonomi Indonesia yang sebagian besar berasal dari konsumsi rumah tangga, masyarakat justru dianjurkan melakukan konsumsi. Apalagi Indonesia masih dalam konteks pemulihan pasca-Covid-19.

---------------

Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi yang ingin kami periksa datanya, sampaikan melalui email: cekdata@katadata.co.id atau hubungi via DM di akun media sosial Katadata.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...