Produksi Getah Pinus di Indonesia Baru 1,19% dari Potensi

Nadya Zahira
23 September 2022, 08:30
getah pinus, ekspor
ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Pekerja menyadap pohon Pinus di hutan Pinus KPH Kedu Utara desa Biting, Bejen, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (11/1/2020).

Produksi getah pinus di Indonesia dinilai baru 1,19% dari potensi. Padahal, Pusat Kebijakan Ekspor Impor dan Pengamanan Perdagangan (PKEIPP) menilai bahwa Nusantara bisa meraup untung dari mengekspor hasil hutan non-kayu ini.

Getah pohon pinus dapat diolah menjadi bahan dasar pengencer cat. Dikutip dari laman Perhutani.co.id, getah pinus harus melalui tahap penyadapan, lalu diolah untuk menghasilkan gondorukem dan terpentin yang merupakan bahan baku industri lanjutan.

Gondorukem digunakan sebagai bahan baku dalam industri kertas, keramik, plastik, cat, batik, tinta cetak, politur, farmasi, dan kosmetik. Sedangkan terpentin dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kosmetik, minyak cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, kamper, dan farmasi.

Analis kebijakan ahli muda PKEIPP Naufa Muna mengatakan, total getah pinus di seluruh Indonesia kurang lebih 8.412.726 ton. “Ini didominasi oleh tegakkan pinus yang ditanam di Jawa yang telah dikelola oleh perum Perhutani dengan potensi 7,1 juta ton," ujar dia dalam Diseminasi Hasil Analisis Badan Kebijakan Perdagangan, Kamis (22/9).

Ia menyayangkan produksi getah pinus hanya 100 ribu ton, atau 1,19% dari potensi pada 2020. Menurutnya, minimnya produksi dari potensi getah pinus yang bisa digarap karena ada beberapa tantangan, yakni:

1. Pengetahuan petani tentang teknik penyadapan yang masih rendah

Hal ini karena kurangnya sosialisasi dan pelatihan penyadapan, terutama di luar Pulau Jawa. Dengan begitu, produksi getah pinus rendah.

2. Getah pinus dipanen 10 tahun

Oleh sebab itu, penyadapan getah pinus di luar Pulau Jawa masih mengandalkan pinus alam dan pinus hasil tanaman rehabilitasi pada 1990-an.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...