Perluas Pasar, Startup Perikanan Aruna Bakal Galang Pendanaan di 2020
Startup perikanan Aruna berencana menggalang pendanaan pada akhir tahun ini dan 2020. Dana tersebut rencananya digunakan untuk memperluas pasar dan meningkatkan jumlah mitra nelayan.
CEO Aruna Farid Naufal Aslam mengatakan, pendanaan akhir tahun akan digunakan untuk memperkuat teknologi. Sedangkan investasi pada tahun depan rencananya dipakai untuk mendukung ekspansi pasar.
"Kami perlu mengatur lagi model bisnis kami, sehingga memungkinkan galang pendanaan tahun depan," kata Farid di sela-sela acara Indonesia Digital Conference 2019, di Jakarta, Kamis (28/11). Namun, ia enggan menjelaskan target pendanaan maupun negara atau wilayah ekspansi.
Farid juga ingin menambah jumlah nelayan yang menjadi mitra. Saat ini, perusahaan memiliki sekitar 5 ribu mitra nelayan di 17 kota/kabupaten Indonesia. Mayoritas berada di Kalimatan, Sulawesi, dan Papua.
"Kami ingin (layanan kami) menyebar ke banyak daerah agar layanan kami tidak hanya terpusat di beberapa daerah saja,” kata dia. Ia menilai, potensi perikanan di Indonesia sangat besar, sehingga nelayan yang bisa bergabung semestinya banyak.
(Baca: Dikabarkan Bakal Disuntik Modal SoftBank, Aruna Mengaku Cari Pendanaan)
Farid mengklaim, perusahaannya mampu meningkatkan pendapatan nelayan hingga delapan kali lipat secara tahunan (year on year/yoy). Ia menyebutkan, transaksi Aruna tumbuh 16 kali selama Kuartal III 2019.
Sebelumnya, investor asal SoftBank dikabarkan bakal berinvestasi di Aruna. Startup perikanan ini enggan berkomentar banyak perihal kabar itu. Namun, Farid mengatakan bahwa perusahaannya memang tengah mencari pendanaan.
Aruna juga sempat mendapat hadiah 60 ribu dolar Singapura atau sekitar Rp 622 juta. Modal itu diperoleh karena Aruna menjadi pemenang dalam kompetisi inovasi sosial yang diadakan oleh Alipay-NUS Enterprise. NUS Enterprise, Alipay, International Finance Corporation (IFC) dan mitra pendukung lainnya juga akan membantu Aruna mengembangkan ide terkait layanannya.
(Baca: Selain Aruna, SoftBank Dikabarkan Bakal Suntik Modal Ruangguru)
Farid mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan karena itu banyak investor global yang tertarik. Ia pun optimistis bisa menjadi pemimpin pasar di sektor ini di dunia dalam lima tahun ke depan.
Apalagi permintaan produk perikanan dari para mitra nelayan sudah mencapai pasar internasional seperti beberapa negara di Asia Tenggara, Tiongkok hingga AS. Ia menilai, Tiongkok dan AS merupakan pasar potensial khususnya untuk kepiting dan lobster.
"Mungkin ini efek perang dagang, benyak negara-negara yang kekurangan suplai. Ini kesempatan Indonesia. Persentase (permintaan) di Tiongkok bahkan naik 30-40%,” katanya di Jakarta, beberapa waktu lalu (31/1). Ke depan, Aruna berencana membidik negara-negara di Eropa.
Ia mengatakan, pendapatan nelayan rata-rata hanya Rp 1 juta sampai Rp 2 juta per bulan. Setelah bergabung dengan Aruna, penghasilannya rerata naik menjadi Rp 6 juta sampai 7 juta per bulan. "Di Papua bisa dapat Rp 400 ribu per hari, bahkan ada yang sampai Rp 15 juta per bulan," katanya.
(Baca: Tingkatkan Pendapatan Nelayan, Aruna Dapat Rp 622 Juta dari Alipay)