Tambah Pendapatan Toko, Kudo Menarik Hati Grab dan East Ventures
Kudo telah menghubungkan dua juta agen yang merupakan pemilik toko dengan teknologi di Indoneia. Skema bisnis ini lantas menarik hati modal ventura East Ventures dan penyedia layanan on-demand, Grab.
Perusahaan ini dibangun oleh Albert Lucius dan Agung Nugroho, pada Juli 2014. Kudo menghubungkan masyarakat Indonesia yang belum terkoneksi internet dengan layanan online, seperti berbelanja di e-commerce.
Konsep bisnis ini menarik perhatian salah satu pendiri East Ventures Willson Cuaca. Sebab, layanan ini dinilai cocok bagi konsumen e-commerce di luar Jakarta. “Kami kenal Willson dari rekam jejak dia, tetapi kami tidak pernah bertemu. Kami tahu dia orang yang percaya pada orang lain,” ujar COO Kudo Nugroho dalam siaran pers, kemarin (11/4).
(Baca: Keberhasilan Kudo Melayani Masyarakat Unbanked Dan Diakuisisi Grab)
Lucius dan Nugroho bertemu Willson dalam pertemuan Indonesian Professional Association (IPA) di Silicon Valley. Lantas mereka berdiskusi di sebuah kafe. Di sana, Lucius dan Nugroho memperlihatkan prototipe user interface milik mereka menggunakan tablet. Produk ini langsung menarik perhatian Wilson.
Alhasil, pertemuan selama kurang dari enam jam itu berbuah penawaran kerja sama. "Akhirnya, ada yang benar-benar memahami peluang konsumen offline di Indonesia dan menggabungkan hal tersebut dengan teknologi membuatnya kuat,” kata Nugroho.
(Baca: Gandeng Kudo, OVO Sasar Pengguna Offline di 500 Kota)
Pada 2014, masyarakat yang belum memiliki rekening (unbanked) mencapai 64 % dari total penduduk Indonesia. Penetrasi internet juga baru 20 % dari total penduduk. Transaksi e-commerce juga kurang dari 1 % total penjualan ritel di Indonesia. Untuk itu, solusi yang ditawarkan Kudo dinilai cocok guna mengatasi kesenjangan ini.
Pada Agustus 2016, Kudo mencatat tambahan pendapatan para agennya lebih dari US$ 150 per bulan. Platform ini juga memproses puluhan ribu transaksi bernilai ratusan ribu dolar per hari.
Berkaca dari perkembangan itu, Wilson mengatur agar tim Kudo bertemu dengan beberapa perusahaan portofolio East Ventures di Singapura dan startup lain yang lebih mapan seperti Grab pada November 2016. President of Grab Ming Maa membantu mengatur kunjungan ke kantor pusat.
Pertemuan itu berakhir dengan diskusi strategis bagi tim manajemen produk dan keuangan perusahaan. Kemudian, muncul pertanyaan kepada Wilson terkait akuisisi Kudo. Wilson pun hanya mempersiapkan penggalangan dana, bukan akuisisi.
Namun akhirnya Grab mengakuisisi Kudo dan mengeluarkan pengumuman resmi pada April 2017. Akuisisi Kudo ini sebagai strategi utama pengembangan ekosistem pembayaran digital GrabPay di Indonesia. Bagi East Ventures, langkah tersebut mampu mengembalikan dua dana perusahaan dan membuatnya menjadi salah satu pemegang saham Grab.
Kudo Menambah Penghasilan Agen
Terkait akuisisi ini, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics merilis riset tentang kontribusi Grab yang di dalamnya memuat tentang Kudo. Survei itu dilakukan terhadap 3.418 responden selama November hingga Desember 2018.
Survei dilaksanakan secara tatap muka dengan sampel mitra terdaftar dan aktif selama tiga bulan terakhir berdasarkan basis data Grab. Penarikan sampelnya menggunakan metode pengacakan sistematis (systematic random sampling) dan kontrol kualitas call-back terhadap 80 % responden.
(Baca: CSIS: Grab Berkontribusi Rp 49 Triliun Terhadap Ekonomi Indonesia 2018)
Riset itu menyebutkan, 31 % agen Kudo berpendapatan lebih dari Rp 2 juta per bulan. Sebanyak 30 % agen memiliki pendapatan Rp 2 - Rp 4 juta per bulan. Lalu, 13 % lainnya berpendapatan lebih dari Rp 6 juta per bulan.
Tambahan pendapatan itu diperoleh karena penjualan mereka meningkat. Sebanyak 50% agen toko Kudo mencatatkan transaksi lebih dari Rp 1 juta per minggu. Sebanyak 26% agen toko Kudo mencatatkan penjualan Rp 1 - 2 juta per minggu dan 20% di atas Rp 5 juta per minggu.