CSIS: Grab Berkontribusi Rp 49 Triliun Terhadap Ekonomi Indonesia 2018

Desy Setyowati
11 April 2019, 16:04
President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata
Grab
President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata

Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics menunjukkan, Grab berkontribusi Rp 49 triliiun terhadap ekonomi Indonesia pada 2018. Kontribusi terbesar berasal dari layanan GrabFood, yakni Rp 20,8 triliun.

Survei ini dilakukan terhadap 3.418 responden selama November hingga Desember 2018. "Dengan teknologi, Grab bisa mempertemukan dan menghasilkan permintaan terhadap produk dan jasa pekerja informal, sehingga pendapatannya meningkat,” ujar Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri dalam siaran pers, Kamis (11/4).

(Baca: Riset UI: Mitra Gojek Sumbang Rp 44 Triliun ke Perekonomian)

Survei dilaksanakan secara tatap muka dengan sampel mitra terdaftar dan aktif selama tiga bulan terakhir berdasarkan basis data Grab. Penarikan sampelnya menggunakan metode pengacakan sistematis (systematic random sampling) dan kontrol kualitas call-back terhadap 80 % responden.

Tingkat kesalahan atau Margin of Error dari penelitian ini di bawah 3,5 % dan tingkat kepercayaan 95 %. Survei ini pun dilakukan di lima kota yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.

Berdasarkan survei ini, penjualan mitra GrabFood di lima kota meningkat 25 % per bulan setelah bermitra dengan Grab. Rerata penjualan mitra naik dari Rp 1,4 juta menjadi Rp 1,85 juta per hari. Sebanyak 52 % mitra dagang memiliki penjualan harian lebih dari Rp 500 ribu per hari.

Penjualan mitra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga meningkat Rp 11 juta per bulan setelah bergabung dengan Grab. Tambahan pendapatan ini diperoleh tanpa investasi tambahan, seperti perluasan tempat usaha. Karena itu, GrabFood berkontribusi Rp 20,8 triliun terhadap ekonomi Indonesia.

(Baca: Riset FEB UI: Kontribusi Ekonomi Go-Jek Capai Rp 9,9 Triliun )

Survei ini juga mencatat rerata pendapatan mitra GrabBike dan GrabCar di lima kota meningkat 113 % dan 114 %, menjadi Rp 4  juta dan Rp 7  juta per bulannya setelah bermitra dengan Grab.

Pendapatan 50 % mitra GrabBike rerata Rp 3 juta sampai Rp 5 juta setelah bermitra. Sebelumnya, hanya 22 % dari mitra GrabBike yang memiliki pendapatan pada kisaran ini. Bahkan, 18 % mitra berpendapatan Rp 5 juta hingga Rp 7 juta setelah bermitra dengan GrabBike.

Berdasarkan temuan ini, CSIS-Tenggara Strategics menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan mayoritas mitra GrabBike 135% di atas rata-rata pengusaha informal. Pendapatan ini juga 208 % di atas pekerja bebas, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Sebelum menjadi mitra Grab, mayoritas responden berpendapatan di bawah Rp 5 juta. Menurut Yose, teknologi Grab mengurangi waktu tunggu mitra pengemudi dan meningkatkan rata-rata  jumlah perjalanan yang bisa mereka ambil. Alhasil, pendapatannya meningkat.

Survei ini juga menunjukkan bahwa 38 % mitra GrabBike dan 33 % pengemudi GrabCar yang disurvei tidak memiliki pendapatan atau pekerjaan sebelum bermitra. CSIS dan Tenggara Strategics memperkirakan, GrabBike dan GrabCar berkontribusi Rp 15,7 triliun dan Rp 9,7 triliun masing-masing.

(Baca: Grab Buka Pendanaan Tahap Kedua Bagi Startup Pertanian dan UMKM)

Grab juga menghubungkan toko dengan platform online, lewat Kudo. Survei menunjukkan, 31 % agen Kudo individu tidak memiliki pendapatan sebelumnya. Setelah bergabung dengan Kudo dan Grab, mereka memiliki pendapatan lebih dari Rp 2 juta per bulan. Sebanyak 13 % bahkan berpendapatan lebih dari Rp 6 juta per bulan.

Berkaca dari kondisi tersebut, CSIS dan Tenggara Strategics memperkirakan Kudo berkontribusi Rp 2,7 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Maka, secara keseluruhan Grab dan ekosistemnya menyumbang Rp 49 triliun terhadap perekonomian Indonesia.

Menurut Tim peneliti dan ekonom senior Tenggara Strategics Lionel Priyadi, kontribusi ini menunjukkan bahwa industri digital berpotensi meningkatkan perekonomian dan kualitas hidup pelaku ekonomi di tingkat mikro. "Bila dikelola dengan baik, ekonomi digital bisa menjadi salah satu tumpuan masa depan ekonomi dan kesejahteraan sosial di Indonesia," ujarnya.

Survei Terkait Kontribusi Gojek dan Grab Terhadap Ekonomi

Survei serupa lebih dulu dirilis Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI). Namun, UI meneliti tentang kontribusi Gojek terhadap ekonomi Indonesia.
 
Pada 2018, kontribusi penghasilan para mitra empat layanan terbesar Gojek, yakni GoRide, GoCar, GoFood, dan GoLife mencapai Rp 44,2 triliun. Sepanjang tahun lalu, kontribusi penghasilan mitra pengemudi GoRide mencapai Rp 16,5 triliun, dan pengemudi GoCar sebesar Rp 8,5 trilun.
 
Penghasilan mitra UMKM GoFood sebesar Rp 18 triliun, dan mitra layanan GoLife termasuk GoClean dan GoMassage sebesar Rp 1,2 triliun. Sebelumnya, pada survei dari lembaga yang sama pada 2017, kontribusi mitra GoRide dan GoFood tercatat sebesar Rp 15,1 triliun.
 
Wakil Kepala Lembaga LD FEB UI Paksi C.K Walandouw mengatakan, hasil surveinya menunjukkan bahwa teknologi mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi digital.

Reporter: Desy Setyowati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...