Pakar IT Ungkap Potensi Pencurian Data di Aplikasi TikTok
TikTok menjadi perbincangan warganet, karena dituding mengambil data pribadi pengguna. Pakar informasi dan teknologi (IT) mengatakan, belum ada bukti terkait hal ini. Namun, mereka menilai potensi kebocoran data melalui aplikasi selalu ada.
Isu pencurian data di aplikasi TikTok disampaikan oleh pengguna Twitter dengan nama akun @YourAnonCentral. Ia mengatakan bahwa aplikasi besutan perusahaan Tiongkok, Bytedance itu disematkan malware.
Di dalam negeri, pengguna Twitter dengan nama akun @SoundOfYogi menyampaikan hal serupa. (Baca: Kalah Saing dari TikTok, Facebook Tutup Aplikasi Lasso)
Namun, Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, belum ada bukti bahwa TikTok melakukan pencurian data pengguna. Pengambilan data tidak bermasalah, jika pengguna menyetujui syarat dan ketentuan (terms & conditions) saat membuat akun.
Hal serupa juga dilakukan oleh perusahaan teknologi lain seperti Instagram, Google Maps, Facebook. “Belum ada bukti solid. Kabar itu hanya kekhawatiran kalau data pengguna disalahgunakan dan diserahkan ke pemerintah Tiongkok," ujar Alfons kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).
Pendapat serupa disampaikan oleh Peneliti Keamanan Siber dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi. Pengambilan data merupakan hal yang biasa dan legal, sepanjang sesuai dengan persetujuan pengguna pada saat awal pembuatan akun.
(Baca: India Blokir 59 Aplikasi Asal Tiongkok, Termasuk TikTok dan WeChat)
Meski begitu, ia mengakui ada potensi pengambilan data seperti kontak, foto, sistem navigasi berbasis satelit (GPS), konten media sosial, dan lainnya. Potensi ini bisa terjadi di banyak aplikasi.
“Pengambilan data bisa saja dilakukan oleh aplikasi dan pemerintah negara di mana platform itu dibuat," ujar Heru. "Jadi, perlu lembaga seperti Kementerian Kominfo dan BSSN untuk mengecek semua aplikasi.”
Sedangkan Peneliti Keamanan Siber Communication Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menilai, kabar pencurian data di aplikasi TikTok terkait persaingan bisnis dan politik. Meski begitu, ia meminta pengguna tetap berhati-hati.
“Pengguna harus memastikan untuk memperbarui sistem operasi (OS) dan semua aplikasi pada perangkat yang dipakai agar celah keamanan bisa diperbarui," ujar Pratama.
(Baca: Perusahaan Induk TikTok Raup Pendapatan Rp 79 T pada Kuartal I 2020)
Sebelumnya, Chief Information Security Officer TikTok Roland Cloutier mengatakan bahwa perusahaan berkomitmen penuh untuk melindungi privasi pengguna. Perusahaan juga menjamin transparansi terkait upaya keamanan di platform.
"Tim pakar keamanan kami melakukan tinjauan luas terhadap proses dan infrastruktur keamanan," ujar Roland dikutip dari situs resmi perusahaan, Kamis (30/6) lalu.
Meski begitu, TikTok ketahuan mengintip papan klip pengguna. Hal ini diketahui setelah Apple meluncurkan OS terbarunya, iOS 14 yang memiliki fitur untuk mengetahui pihak mana saja yang melihat clipboard.
(Baca: Bidik Segmen Korporasi, TikTok Luncurkan Platform Bisnis)
Selain TikTok, ada 49 aplikasi lain yang ketahuan mengintip papan klip pengguna. Mereka yakni aplikasi belanja online AliExpress Shopping App, gim PUBG Mobile, media sosial Viber dan Weibo, hingga berita CBS News, Reuters, New York Times melihat papan klip pengguna.
TikTok pun membenarkan bahwa aplikasinya mengintip clipboard pengguna. Namun perusahaan asal Tiongkok ini mengaku, kegiatan itu untuk mencegah spam. "Ini dipicu oleh fitur yang dirancang untuk mengidentifikasi perilaku berulang yang bersifat spam," kata juru bicara TikTok dikutip dari The Verge.
Perusahaan berjanji bahwa mereka akan menghapus fitur untuk mengintip papan klip pengguna. "Kami berkomitmen untuk melindungi privasi pengguna dan bersikap transparan tentang cara kerja aplikasi kami," kata dia.
(Baca: Apple Luncurkan iOS 14, 50 Aplikasi Ketahuan Intip Data Pengguna)