Fintech Indonesia Dilirik Investor meski Ekonomi Lesu Akibat Pandemi
Riset MicroSave Consulting (MSC) menunjukkan, startup teknologi finansial (fintech) diminati investor, meski perekonomian lesu imbas pandemi corona. Namun, penanam modal tetap selektif memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan di sektor ini.
Pada kuartal II, setidaknya ada lima startup fintech Indonesia yang memperoleh dana segar total US$ 52 juta. Ini sejalan dengan data Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo), 25% dari 32 perusahaan rintisan yang meraih pendanaan per kuartal II merupakan fintech.
Beberapa di antaranya Modalku yang mendapatkan komitmen pendanaan seri C US$ 40 juta (Rp 625 miliar), KoinWorks US$ 20 juta (Rp 316 miliar), dan Investree US$ 23,5 juta (Rp 379,3 miliar).
"Fintech Indonesia tetap menarik bagi investor," kata Country Director MSC Indonesia Grace Retnowati dalam webinar Pekan Fintech Nasional 2020, Selasa (24/11).
MSC mencatat, jumlah unduhan aplikasi dan transaksi fintech pembayaran melonjak. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), nilai transaksi uang elektronik Rp 16,7 triliun per bulan selama Januari-Juli atau meningkat 59% dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy).
Transaksi fintech kategori insurtech juga meningkat, meski premi industri asuransi turun 6,45% yoy per Agustus. Ini karena startup seperti Qoala dan PasarPolis menyesuaikan produk dengan kebutuhan konsumen selama pandemi Covid-19.
Qoala misalnya, memproses dua juta lebih polis per bulan pada Oktober. Jumlahnya melonjak dibandingkan tahun lalu yang hanya 7.000.
Begitu juga dengan PasarPolis. Permintaan asuransi jasa pengiriman seperti GoSend dan GoBox meningkat 12 kali lipat selama pandemi virus corona. Selain itu, asuransi untuk mitra pengemudi Gojek dibeli oleh lebih dari 200 ribu.
Namun, meskipun mendapat respon positif, investor pun cukup berhati-hati dalam memberikan pendanaanya pada fintech. "Mereka (investor) meminta fintech untuk melakulan skenario analisis di masa pandemi untuk pertumbuhan yang lebih rasional," katanya.
Penyaluran kredit oleh fintech pembiayaan (lending) ke sektor kesehatan dan pertanian meningkat. Di satu sisi, rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) naik. Ini tecermin dari tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman di bawah 90 hari yang menurun (TKB90).
Riset tersebut dilakukan pada Maret hingga Juni. Pelaku usaha yang disurvei yakni pembiayaan, pembayaran, enabler, dan insurtech.
Grace mengatakan, investor selektif dalam memberikan kucuran dana. Mereka akan mengkaji startup yang mampu beradaptasi selama pandemi dan bisnisnya berkelanjutan.
Advisor Group Inovasi Keuangan Digital OJK Maskum menambahkan, peningkatan penggunaan (usecase) layanan fintech karena perilaku masyarakat berubah. "Pandemi ini mendorong pemanfaatan digital oleh lebih banyak masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Amvesindo Jefri Sirait mengatakan, fintech tetap menjadi startup yang menarik bagi investor saat pandemi Covid-19. "Inovasinya sangat berguna,” kata dia saat mengikuti acara bertajuk ‘Startup Merdeka di Era Pandemi’, Agustus lalu (27/8).
Sektor fintech dinilai sangat potensial, karena ada banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan akses keuangan (unbanked). Selain itu, pemerintah termasuk OJK dan BI mulai terbuka dengan industri ini. Begitu juga dengan perbankan.