Buat Prototipe Sistem Daftar Vaksinasi, Anak Tukang Las Raih Beasiswa

Desy Setyowati
29 Juli 2021, 09:00
beasiswa, beasiswa bidang IT, vaksinasi covid-19
123RF.com/Mkphotoshu
Ilustrasi beasiswa

Anak tukang las, Zetta Septian Nugroho Adhi meraih beasiswa bidang IT atau Teknik Informatika. Pemuda asal Semarang ini membuat prototipe sistem pendaftaran vaksinasi Covid-19, sehingga lolos seleksi.

“Awalnya saya ingin langsung bekerja, sehingga bisa membantu keluarga,” kata dia saat talkshow pengumuman beasiswa Semesta dikutip dari siaran pers, Rabu (28/7). Ini karena pendapatan ayahnya, Joni Christiono yang berprofesi sebagai tukang las, tidak menentu.

Anak tukang las asal Semarang, Zetta Septian Nugroho Adhi meraih beasiswa di bidang IT, setelah membuat prototipe sistem pendaftaran vaksinasi Covid-1
Anak tukang las asal Semarang, Zetta Septian Nugroho Adhi meraih beasiswa di bidang IT, setelah membuat prototipe sistem pendaftaran vaksinasi Covid-1 (Sevima)

Namun Zetta mengikuti seleksi beasiswa Semesta dan membuat prototipe sistem pendaftaran vaksinasi virus corona. Sistem ini berupa aplikasi bernama COVGONE, singkatan dari Covid Gone.

Ia berharap, setiap orang bisa mendaftar vaksinasi corona dengan lebih mudah melalui platform ini. Di dalamnya juga terdapat informasi rumah sakit rujukan Covid-19, yang berbasis teknologi antarmuka pemrograman aplikasi atau application programming interface (API).

“Itu supaya informasi selalu update dan terhubung dengan basis data Kementerian Kesehatan (Kemenkes),” kata Zetta. Berkat sistem ini, ia lolos seleksi untuk meraih beasiswa Semesta dan menempuh pendidikan jurusan IT di perguruan tinggi di Surabaya. 

Semesta merupakan beasiswa program sarjana yang rutin digelar oleh perusahaan konsultan dan pengembang teknologi informasi, Sentra Vidya Utama (Sevima). Total hadiah uang dan biaya pendidikan yang diberikan Rp 300 juta, untuk lima orang.

Selain beasiswa, Zetta akan mendapatkan kesempatan bekerja dengan gaji bulanan setara upah minimum regional (UMR) Surabaya atau sekitar Rp 4 juta.  “Saya berharap ini menjadi jalan jenjang karier di bidang IT,” katanya.

Zetta bercerita, ia dan teman-temannya bermain gim ke warung internet (warnet) setelah pulang sekolah. Game yang bisa dimainkan yakni Point Blank, yang cukup terkenal pada awal 2010.

Untuk bisa bermain gim di warnet, Zetta tidak menggunakan uang saku agar bisa membayar biaya layanan Rp 3.000 per jam.

Hobi itu memperkuat ketertarikannya pada dunia IT. Ia pun berfokus mempelajari pemrograman di SMK Negeri 8 Semarang.

“Dari bermain game, saya tertarik menjadi developer,” katanya. “Untuk itu, saya sekolah di SMK dan banyak belajar tentang pemrograman.”

Ayah Zetta bekerja sebagai tukang las sejak 2005. Penghasilannya tidak menentu. Terkadang hanya mendapatkan Rp 500 ribu per bulan.

Sedangkan ibunya, Ester Yuliani membuka jasa pencucian atau laundry skala kecil di rumah.

Zetta mempromosikan produk jasa ayah dan ibunya secara online selama pandemi corona. Platform yang ia gunakan yakni Google Maps dan Gmail.

Dia juga menjadi pekerja lepas di bidang teknologi seperti membuat website sekolah atau mengikuti lomba tertentu.

CEO Sevima Sugianto Halim mengatakan, setiap peserta yang lolos seleksi beasiswa Semesta mendapatkan biaya pendidikan Rp 55 juta. Program ini sudah tiga kali digelar oleh perusahaan.

“Beasiswa ini menjadi cara kami untuk membuka jalan bagi talenta-talenta terbaik Indonesia untuk meraih masa depan cerah di bidang IT,” kata Halim.

Walikota Semarang Hendrar Prihadi menambahkan, beasiswa itu membantu pemerintah mengatasi defisit talenta digital.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...