Ant Group Milik Jack Ma Berbagi Data Konsumen ke Bank Sentral Cina
Raksasa teknologi finansial (fintech) milik Jack Ma, Ant Group berbagi data kredit konsumen dengan bank sentral Cina, People's Bank of China (PBOC). Perusahaan sebelumnya merombak bisnis dan menunda pencatatan saham perdana atau IPO karena ditekan Beijing.
Ant Group akan membagikan data konsumen dari layanan pinjam-meminjam, Huabei. "Data dari produk pinjaman itu akan dimasukkan ke dalam basis data informasi kredit keuangan yang dipegang PBOC," kata perusahaan dalam pernyataan, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (23/9).
Data yang dibagikan Ant Group antara lain tanggal pembuatan rekening, jumlah kredit, dan status pembayaran. Sedangkan data spesifik seperti detail waktu pembelian produk pinjaman tidak akan diserahkan kepada bank sentral Cina.
Dengan pembagian data tersebut, Ant Group akan seperti lembaga keuangan lain. Ant Group mengatakan bahwa beberapa pengguna sudah dapat mencari catatan terkait penggunaan layanan Huabei di bank sentral Cina.
Direktur pelaksana dan analis senior di Bernstein Kevin Kwek mengatakan, pembagian data kepada PBOC merupakan cara Ant Group agar dapat melanjutkan bisnis keuangan. Raksasa fintech ini ditekan Beijing sejak akhir tahun lalu atau saat berencana IPO.
"Berbagi data tentu saja mengikis keunggulan Ant Group. Tetapi hal itu memungkinkan mereka untuk mendapatkan restu regulasi, seperti mendapatkan lisensi pembiayaan konsumen,” kata Kwek.
Pada Juni, Ant Group memang mendapatkan persetujuan dari Cina untuk mengoperasikan perusahaan pembiayaan konsumen. Namanya disebut-sebut Chongqing Ant Consumer Finance.
Pembentukan usaha baru itu sesuai dengan arahan regulator Cina yang meminta Ant Group merombak bisnis. Perusahaan anyar ini menampung dua unit bisnis yang selama ini mengoperasikan layanan pinjaman Ant Group yakni Huabei dan Jiebei.
Entitas baru itu akan terdaftar dengan total modal 8 miliar yuan atau sekitar Rp 17,9 triliun. Ant Group akan memegang 50% saham dan menyumbangkan 4 miliar yuan atau Rp 8,9 triliun.
Sedangkan enam pemegang saham lain akan berkontribusi 4 miliar yuan dan memegang 50% sisanya.
Sebelum Ant Group merombak bisnis, pemerintah Cina meminta perusahaan afiliasi Alibaba itu menunda rencana IPO pada November 2020. Padahal saat itu, raksasa fintech ini diprediksi meraup US$ 37 miliar (Rp 536,5 triliun).
Nilai itu mengalahkan rekor Saudi Aramco US$ 29,4 miliar (Rp 426,3 triliun) di bursa Riyadh pada Desember 2019.
Alibaba memutuskan untuk menunda IPO Ant Group setelah Jack Ma bertemu dengan PBOC pada awal November tahun lalu. Pertemuan dilakukan seminggu setelah Ma mengkritik bank sentral Cina tersebut telah menghambat inovasi bisnis pinjaman online.
Sedangkan, otoritas Cina menilai bahwa tata kelola afiliasi Alibaba itu di bawah standar, meremehkan persyaratan peraturan, dan terlibat dalam arbitrase peraturan. Bank sentral juga menganggap Ant menggunakan dominasinya untuk menekan pesaing dan merugikan kepentingan ratusan juta konsumen.