Investor Ungkap Alasan Investasi ke Startup RI Melonjak Jadi Rp 67 T
Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai investasi ke startup di Indonesia US$ 4,7 miliar atau Rp 67 triliun pada semester pertama atau Januari - Juni. Nilainya melampaui capaian setahun penuh dalam empat tahun terakhir.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, ada banyak startup Indonesia yang menjalankan exit strategy, termasuk IPO tahun ini.
Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian. Ini bisa berupa IPO, merger, atau akuisisi.
Itu yang membuat banyak investor tertarik berinvestasi di startup Tanah Air. "Besaran dan pertumbuhan investasi startup tahun ini didorong langkah dan rencana IPO," kata Edward kepada Katadata.co.id, pada Kamis (11/11).
Unicorn Indonesia yakni Bukalapak sudah mencatatkan saham perdana alias IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Agustus (6/8). Setidaknya, ada delapan startup lain yang berencana IPO, yakni:
- Gabungan Gojek dan Tokopedia, GoTo
- Kredivo
- Tiket.com
- Traveloka
- TaniHub Group
- Warung Pintar
- Blibli
- OnlinePajak
Selain tren startup yang berencana IPO, Edward mengatakan, besarnya pendanaan dikarenakan munculnya unicorn baru di Tanah Air. "Unicorn terus bertumbuh," katanya.
Di Indonesia, ada empat startup baru yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar saat pandemi corona. Keempatnya yakni J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit. Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.
Dengan begitu, Indonesia kini memiliki delapan unicorn termasuk Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO. Selain itu, ada satu decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar yaitu Gojek.
Ada juga tiga startup yang mengklaim dan dikabarkan sudah berstatus unicorn yakni Kredivo, Blibli, dan Tiket.com.
Kemudian, pendanaan startup terdorong matangnya sejumlah sektor, seperti e-commerce. "Ini semakin mendorong sentimen startup ekosistem lainnya," katanya.
CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, banyaknya pendanaan ke startup tahun ini terdorong oleh pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. "Investor merasa bahwa pandemi sudah melandai. Jadi mulai lebih aktif investasi," katanya.
Tahun ini, investor juga sudah bisa meraba-raba sektor startup mana yang bisa bertahan dan potensial. Ini berdasarkan perkembangan bisnis setiap perusahaan rintisan saat pandemi corona.
Ia memperkirakan, pendanaan ke startup akan lebih besar lagi pada paruh kedua tahun ini. "Startup sudah menjadi ekosistem yang terus tumbuh," katanya.
Sebelumnya, Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai investasi ke startup di Indonesia US$ 4,7 miliar atau Rp 67 triliun pada semester pertama. Angkanya melampaui setahun penuh dalam empat tahun terakhir.
"Nilai transaksi investasi pada paruh pertama 2021 juga melampaui nilai transaksi dalam empat tahun terakhir," demikian dikutip dari laporan tersebut, Rabu (10/11).
Pada semester pertama tahun lalu, investasi ke startup Indonesia US$ 2,8 miliar. Sedangkan pada paruh kedua 2020 mencapai US$ 1,6 miliar.
Rincian pendanaan ke startup Indonesia dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
Dari sisi jumlah transaksi, ada 300 pendanaan ke startup Indonesia pada paruh pertama. Jumlahnya meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu 235 kesepakatan
Transaksi investasi untuk startup Tanah Air itu mencakup dari modal ventura, ekuitas swasta, dan investor strategis.