Bank Indonesia Target 15 Juta Penjual Pakai QRIS Tahun Ini
Bank Indonesia (BI) menargetkan 15 juta penjual atau merchant menggunakan alat pembayaran berbasis standardisasi kode quick response (QRIS) tahun ini. Ini juga sejalan dengan masifnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang beralih ke layanan digital.
QRIS biasanya ada di toko-toko offline dalam bentuk kode QR untuk pembayaran. Pembeli hanya perlu memindai kode QR ini dan memilih aplikasi yang akan digunakan, seperti GoPay, OVO, DANA, ShopeePay atau LinkAja.
“Tahun ini, kami menargetkan 15 juta pengguna baru. UMKM yang utama. Ini menjadi momen pemulihan ekonomi di Indonesia," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara G20 BI Finance Tracking Side Event Series secara virtual, Senin (14/2).
Berdasarkan laporan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2021, jumlah merchant pengguna QRIS mencapai 12,2 juta per akhir tahun lalu (5/11/2021). Angka ini melonjak 297,1% dibandingkan 22 Maret 2020 sebanyak 3,08 juta.
Rincian pengguna QRIS per akhir tahun lalu (5/11/2021) sebagai berikut:
- Usaha mikro 7,53 juta
- Usaha kecil 3,2 juta
- Usaha menengah 928 ribu
- Usaha besar 449,3 ribu
- Sektor donasi/sosial 124,5 ribu
BI berencana memperluas penggunaan QRIS untuk transaksi antar-negara. Bank sentral telah menguji coba pemakaian kode QR standar ini dengan Malaysia dan Thailand.
Kerja sama uji coba dengan Thailand dilakukan sejak Agustus 2019. Sedangkan di Malaysia sejak akhir bulan lalu.
"Masyarakat di Indonesia dan Malaysia kini dapat melakukan pembayaran ritel dengan menggunakan QRIS (melalui aplikasi) DuitNow pada merchant offline dan online," kata Direktur Eksekutif/Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, bulan lalu (27/1).
BI juga berencana memperluas penerapan pembayaran lintas-negara menggunakan QRIS ke sejumlah negara, seperti Singapura, Filipina, dan Arab Saudi. Ini diklaim akan menguntungkan nasabah karena transaksi di luar negeri menjadi lebih murah.
Upaya BI menambah pengguna QRIS seiring dengan tren digitalisasi keuangan di Indonesia. Berdasarkan data BI, transaksi uang elektronik melonjak seiring pandemi Covid-19.
BI mencatat, nilai transaksi melalui uang elektronik melonjak 58,6% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 35,1 triliun per Desember 2021.
Sedangkan volume transaksinya meroket 13,63% dalam sebulan, yakni dari 530,02 juta pada November menjadi 602,29 juta kali per Desember 2021.