Transaksi Pembayaran Digital di RI Rp 305 T, Fintech Sasar Luar Negeri

Fahmi Ahmad Burhan
6 April 2022, 13:44
transaksi uang elektronik, pembayaran digital, bank indonesia, startup, fintech,
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym.
Warga melakukan pembayaran menggunakan fitur pemindai QRIS di Pasar Nyanggelan, Desa Panjer, Denpasar, Bali, Jumat (1/4/2022).

Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) melaporkan, nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia Rp 305,4 miliar per tahun lalu. Sebanyak 21% startup teknologi finansial (fintech) berencana menyasar pasar di negara lain.

Dari total Rp 305,4 miliar, sebanyak Rp 35 triliun di antaranya merupakan transaksi uang elektronik. Nilainya meningkat 58,5% secara tahunan (year on year/yoy).

“Pertumbuhan transaksi pembayaran digital di Indonesia didominasi oleh pemain fintech, bukan bank. Ini seiring dengan upaya negara menuju cashless society,” demikian dikutip dari laporan Aftech bertajuk Annual Members Survey 2021, Rabu (6/4).

Total nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia sejak 2017 hingga 2021
Total nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia sejak 2017 hingga 2021 (Bank Indonesia)

Sebelum pandemi corona, pendorong terbesar pembayaran digital per Januari 2020 yakni ritel 28%. Diikuti oleh transportasi (27%), pesan-antar makanan (20%), e-commerce (15%), dan pembayaran tagihan (7%).

Pandemi Covid-19 kemudian mendorong individu dan bisnis untuk melakukan reorientasi operasi pembayaran. Dalam hal ini, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi lebih sadar akan solusi pembayaran yang tersedia.

Sementara penyedia pembayaran terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan melalui solusi seperti dengan kode Quick Response (QR code) dan pembayaran linkbased.

“Pembayaran lintas-batas telah menunjukkan pertumbuhan signifikan secara global,” demikian dikutip.

Pada 2020, transaksi e-commerce lintas-batas global tumbuh 17% meskipun volume perdagangan turun. Di Indonesia, 17% dari responden yang telah menyelesaikan survei, telah menawarkan layanan di pasar luar negeri.

“Ada 21% dari total pemain fintech pembayaran digital yang memiliki rencana untuk memperluas jangkauan mereka ke pasar luar negeri dalam satu sampai dua tahun ke depan,” demikian dikutip.

Xendit misalnya, hadir di Indonesia dan Filipina. Tahun lalu, fintech paymant gateway ini berhasil mengumpulkan US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun dalam putaran pendanaan seri C dan menjadi unicorn.

Xendit akan menggunakan dana segar itu untuk ekspansi ke negara lain. "Fokus utama kami untuk lebih regionalisasi dan memperluas rangkaian produk," kata Chief Operating Officer Xendit Tessa Wijaya dikutip dari TechCrunch, pada tahun lalu (14/9/2021).

GoPay, di bawah naungan GoTo juga bakal berfokus menyasar pasar di Vietnam dan Singapura seiring rencana bisnis Gojek.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...