Harga Kripto Amblas, Pasar Aset Digital di Indonesia Masih Potensial?
Harga sejumlah mata uang kripto (cryptocurrency) seperti bitcoin dan ethereum anjlok sepekan terakhir. Meski begitu, Indodax dan Tokocrypto menyebut bahwa permintaan investor kripto di Indonesia masih potensial.
Berdasarkan data Coindesk, harga bitcoin turun 5% dari sekitar US$ 22 ribu pekan lalu menjadi sekitar US$ 20 ribu hari ini (17/6). Padahal, harganya US$ 46.208 pada awal tahun (1/1).
Harga ethereum juga anjlok 7% dari sekitar US$ 1.189 menjadi US$ 1.101. Lalu, harga solana turun 8% menjadi US$ 33 menjadi US$ 30.
Kemudian, BNB jeblok 4% menjadi US$ 216, XRP anjlok 1% menjadi US$ 0,3293, dogecoin melorot 4% menjadi US$ 0,0567, dan shiba inu turun 3% menjadi US$ 0,000008.
Trader Tokocrypto Afid Soegiono mengatakan, harga kripto anjlok karena inflasi dan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed). "Kenaikan suku bunga bakal mengurangi minat investor untuk menyimpan harta di aset berisiko seperti kripto," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (17/6).
Berdasarkan analisisnya, harga kripto berpotensi terus menurun. "Secara pergerakan pasar, tidak ada satupun tanda yang memberi sinyal bullish," katanya.
Meski begitu, industri aset kripto di Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar. "Prospek ke depan, industri kripto masih menjanjikan dan akan terus tumbuh," katanya.
Menurutnya, pertumbuhan tersebut seiring dengan mulai masifnya adopsi teknologi blockchain. "Kripto nantinya tidak akan dilihat lagi sebagai instrumen investasi, namun sebagai backbone ekosistem yang bisa menyelimuti banyak sektor," ujarnya.
Oleh karena itu, Tokocrypto tidak hanya berfokus mengembangkan bisnis perdagangan kripto. Startup ini melebarkan lini bisnis dengan menciptakan ekosistem blockchain, TokoVerse.
Ekosistem itu meliputi proyek kripto, marketplace untuk NFT alias non-fungible token, hingga program akselerator startup TokoLabs dan T-Hub.
Sedangkan CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, anjloknya harga kripto merupakan bagian dari kurva empat tahunan. "Ini adalah hal yang wajar," katanya.
Kejadian tersebut pernah dialami bitcoin pada 2018. Saat itu, bitcoin menembus harga tertinggi pada 2017 lalu anjlok pada 2018 hampir 80%.
Ia memprediksi, turunnya harga kripto memengaruhi transaksi di Indonesia. Sebab aset kripto terdesentralisasi.
"Namun, dengan kondisi itu, banyak orang yang memanfaatkan momentum untuk menambah portofolio kriptonya," kata Oscar.