Moorissa Tjokro, Bekerja di NASA dan Jadi Engineer Autopilot Tesla
Moorissa Tjokro merupakan perempuan asal Indonesia yang pernah bekerja sebagai engineer di Tesla. Di perusahaan milik orang terkaya di dunia ini, ia masuk tim Autopilot yang bertugas mengembangkan fitur canggih mobil tanpa pengemudi.
Berdasarkan laman LinkedIn Moorissa, ia bekerja di Tesla sejak Maret 2018 sampai September 2021. Awalnya, ia berkarier di tim Vehicle Software Tesla sebagai data scientist selama dua tahun.
Kemudian ia dipindahkan ke tim tim Autopilot Tesla sejak Maret 2020 hingga September 2021 sebagai software engineer.
Perusahaan besutan Elon Musk itu hanya memiliki enam orang software engineer di tim Autopilot. Moorissa menjadi satu-satunya perempuan dan orang Indonesia di tim.
"Saya membantu tim Autopilot meluncurkan fitur Full Self-Driving (FSD-beta) pada 2020," kata Moorissa di blog pribadi dikutip Katadata.co.id, Jumat (8/7).
Fitur full self-driving memungkinkan pengguna Tesla mengendarai mobil tanpa perlu menginjak gas atau rem. ‘Tools’ ini membuat mobil Tesla berjalan tanpa dikendalikan oleh manusia.
Tesla merupakan perusahaan mobil listrik besutan Elon Musk. Perusahaan yang berdiri sejak 2003 ini juga membuat komponen mesin elektrik, baterai penyimpan energi hingga perangkat isi ulang baterai.
Berdasarkan data Statista, Tesla sudah menjual 365 ribu mobil listrik model 3.
Forbes melaporkan, Tesla menjadi penyumbang kekayaan Elon Musk. Kini, Elon Musk memiliki sekitar 25% saham dan opsi Tesla. Ini membuat Musk menjadi orang terkaya di dunia.
Moorissa berkarier di perusahaan Amerika itu karena memiliki beragam prestasi. "Bahkan, dia (Moorisa) mendapatkan pekerjaan di Tesla tanpa melamar," demikian dikutip dari akun Instagram @ycabfoundation, Kamis (7/7).
Sebelum bekerja di Tesla, Moorissa bekerja di Lembaga Antariksa Amerika Serikat (AS) NASA sebagai machine learning researcher. Ia bertugas mempelajari mesin pembelajar.
Perempuan kelahiran 1994 itu juga berprestasi saat kuliah. Pada 2011 misalnya, Moorissa mendapatkan beasiswa Wilson and Shannon Technology dan berkesempatan mengenyam kuliah di Seattle Central College.
Kemudian, ia memegang gelar Associate Degree atau D3 di bidang sains. Moorissa melanjutkan kuliah sarjana jurusan teknik industri dan statistik di Georgia Institute of Technology di Atlanta, Amerika Serikat (AS).
(BACA JUGA: Kisah CEO Sirclo Menimba Ilmu di Sarang 'Mafia' Startup Indonesia)
Pada usia 19 tahun, Moorissa sudah mendapatkan predikat summa cum laude. Kemudian, ia melanjutkan pasca-sarjana di jurusan data science, Universitas Columbia.
Ia juga sempat mendapatkan nominasi Helen Grenga dan President’s Undergraduate Research Award sebagai insinyur perempuan terbaik di Georgia Tech.
Setelah menghabiskan empat tahun bekerja di Tesla, ia pindah ke perusahaan mobil listrik di AS, Cruise. Ia menjabat sebagai engineer sistem perangkat lunak senior.